Diposkan oleh Haryo Bagus Handoko
Dari Abu Bakrah: "Apabila Rasulullah menemukan sesuatu yang menggembirakannya atau disampaikan kepadanya sesuatu berita sukacita, maka beliau melakukan sujud sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT." (Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmizi).
Sujud syukur - satu upacara tasyakkur.Menurut ketentuan syariah sujud syukur itu adalah satu diantara tatacara mewujudkan rasa syukur kepada Allah sWT.Pada hadist yang dicantumkan di atas dijelaskan, bahwa Rasulullah melakukan sujud syukur itu apabila beliau menemukan sesuatu hal yang menggembirakan hatinya atau mendapat berita sukacita.Memang, dalam situasi yang demikian, sering-sering Rasulullah melakukan sujud syukur itu.Dalam satu hadist yang diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqas, diterangkan, bahwa pada suatu hari Rasulullah melakukan perjalanan dari Mekkah ke Madinah bersama-sama Sa'ad bin Abi Waqqash. Tatkala sampai di suatu tempatyang bernama 'Azwara', mereka berhenti untuk istirahat.
Pada kesempatan itu, Rasulullah menadahkan tangan memohonkan doa kemudian beliau sujud, yang berlangsung dalam waktu yang agak lama. Setelah beliau bangkit dari sujud itu, ditadahkannya lagi tangannya ke atas bermohon kepada Allah. Tiga kali beliau melakukan hal itu berturut-turut.Setelah selesai, Rasulullah menceritakan kepada Sa'ad bin Abi Waqqah bahwa dalam sujud dan berdoa itu beliau memohonkan agar ummatnya diberikan syafa'at (pertolongan) oleh Allah SWT di hari akhirat kelak.
Tuhan memberikan petunjuk kepada Beliau pada waktu itu, bahwa permohonan beliau itu akan dikabulkan Allah sepertiganya.Karena beliau amat girang sekali atas permohonan yang dikabulkan Allah itu, maka beliau mengerjakan sujud syukur sekali lagi. Dalam sujud syukur kedua itu, ditunjukkan pula kepada beliau bahwa sepertiga syafa'at yang masih ketinggalan, dikabulkan Allah juga.Akhirnya beliau melakukan sujud syukur yang ketiga sehingga ditunjukkan bahwa permohonan beliau diterima secara keseluruhan. (Nailul Authar, oleh As-Syaukani, jilid III, hal 121).
Dalam riwayat yang lain diterangkan pula, bahwa pada suatu ketika Rasulullah bepergian bersama seorang sahabat yang bernama Abdur Rahman bin 'Auf. Mereka sampai ke suatu kebun korma dan beristirahat di tempat tersebut. Jarak duduk antara Rasulullah dengan Abdur Rahman agak berjauhan sedikit.Abdur Rahman melihat bahwa Rasulullah sedang melakukan sujud. Karena beliau bersujud lama sekali, maka timbullah kekhawatiran Abdur Rahman kalau-kalau Rasulullah dalam keadaan "bahaya", mungkin wafat dipanggil Tuhan secara mendadak. Dengan buru-buru Abdur Rahman datang mendekati Rasulullah untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Sejenak kemudian, Rasulullah mengangkat kepalanya, bangkit dari sujud dan bertanya kepada Abdur Rahman bin 'Auf: "Ada apakah gerangan, wahai sahabatku, maka Anda kelihatan seperti orang cemas?"Abdur Rahman menerangkan kekhawatirannya itu ,seperti diceritakan di atas. Akhirnya pada saat itu Rasulullah menjelaskan:"Bahwasanya Jibril datang kepadaku dan berkata: Sukakah engkau saya gembirakan? Sesungguhnya Allah berkata kepada engkau: Barang siapa yang mengucapkan salawat atas engkau, maka Allah SWT akan memberikan salawat kepadanya. Barangsiapa yang memberikan salam kepada engkau, maka Allah akan memberikan salam pula kepadanya.
Mendengar hal itu, maka Rasulullah terus melakukan sujud kepada Allah sebagai tanda rasa syukur." (Riwayat Ahmad).Dari kedua perbuatan Rasulullah itu jelaslah bahwa sujud syukur itu Sunnah Nabi.
Para sahabat melakukan sujud syukur.Berdasarkan atas sunnah Nabi itu, tidak heran apabila para sahabat sering-sering melakukan sujud syukur itu tatkala mereka mendapat nikmat atau memperoleh berita yang menggembirakan.Khalifah Abu Bakar As Siddik melakukan sujud syukur ketika beliau mendengar bahwa Musallaimatul Kazzab sudah mati terbunuh dalam satu peperangan.
Seperti diketahui, Mussallaimatul Kazzab itu adalah seorang yang mengaku dirinya menjadi Nabi dan menjadi musuh utama kaum muslimin di waktu itu.Ali bin Abi Thalib pernah melakukan sujud syukur itu waktu ditemukan jenazah seorang laki-laki kaum Khazraj yang dipandang berjasa dalam perang Nahrawan. Demikian pula, Ka'ab bin Malik, melaksanakan sujud syukur itu tatkala disampaikan kepadanya suatu berita yang amat menggembirakannya, yang menyatakan bahwa taubatnya diterima Allah SWT. (Fighus Sunnah, oleh Sayid Sabiq, jilid II, hal 90).
Tatacara sujud syukur.Sujud syukur itu sebaiknya dilakukan secara spontanitas (seketika) tatkala mendapat nikmat atau menerima berita yang menggembirakan. Umpamanya, ketika mendapatkan keuntungan yang sah dan halal dalam perdagangan, tatkala memperoleh kenaikan pangkat/jabatan dalam pekerjaan, ketika mendapat karunia kelahiran anak, waktu mendengar berita bahwa anak yang dibiayai dengan berhemat dan menabung sudah lulus menjadi sarjana, tatkala terhindar dari bencana dan lain-lain yang harus selalu disyukuri sebagai suatu nikmat yang dikaruniakan oleh Allah.
Lebih-lebih lagi kalau berita yang menggembirakan itu mengenai kemenangan dalam mencapai cita-cita yang bersangkutpaut dengan kepentingan umum, yang diperjuangkan dengan pengorbanan yang besar dan berat.Adapun cara mengerjakan sujud syukur itu tidak berbeda seperti mengerjakan sujud tatkala shalat.
Hanya syarat-syarat yang diwajibkan dalam mengerjakan shalat, seperti harus mempunyai wudlu (air sembahyang), menghadap kiblat, pakaian yang bersih dari najis, dsb, tidak diisyaratkan dalam melaksanakan sujud syukur itu.Menurut As-Syaukani, juga tidak disyaratkan sujud syukur itu harus dilaksanakan di tempat tertentu, seperti masjid, tapi boleh dilaksanakan pada setiap tempat asal tidak di tempat yang najis atau kotor. Boleh dilakukan di pinggir jalan, di pasar (cari tempat yang lapang dan bersih), di kebun, di pabrik, di tepi pantai, di atas mobil, dan seterusnya.
Dalam pada itu, tidak ada bacaan yang khusus pada waktu melakukan sujud syukur itu. Menurut penjelasan Jumhur Ulama (Ulama yang terbanyak), cara melakukan sujud syukur itu ialah dengan mengucapkan takbir lebih dahulu, kemudian sujud, sesudah itu bangkit dari sujud dan terus memberi salam ke kanan dan ke kiri.
Ada juga ulama yang berpendapat, tidak perlu dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, tapi cukup dengan bersujud saja, kemudian bangkit dan duduk kembali.
Mensyukuri nikmat.
Manusia haruslah mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. Nikmat itu banyak macam ragamnya. DikaruniakanNya kepada manusia, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk makan dan berbicara, lidah untuk merasa, hidung untuk membau, tangan untuk bekerja dan berusaha, kaki untuk melangkah, dsb.Tidak cukup dengan alat-alat fisik itu saja, tapi dikaruniakanNya pula akal untuk membedakan antara yang baik dengan yang buruk, rezeki dengan kehidupan, rumah untuk tempat tinggal, istri untuk teman hidup, anak yang menjadi cahaya mata, kesehatan badan dan 1001 macam nikmat yang tidak bisa dihitung jumlahnya.Manusia diwajibkan mensyukuri nikmat Allah SWT itu, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran:"syukurilah nikmat Allah jika kamu sungguh-sungguh menyembah kepadaNya." (QS. An-Nahl XVI: 114).
Bersyukur itu adalah semacam manifestasi untuk menyatakan terima kasih kepada Allah SWT. Hal itu harus dilakukan sejalan atas tiga cara atau sikap, yaitu dengan lisan, hati dan anggota badan.Dalam hubungan ini, Profesor Afif Fattah Tabbarah menyimpulkan:"Seseorang yang bersyukur hendaknya lidahnya senantiasa memuja dan memuji Allah karena menyadari betul-betul betapa banyaknya nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya. Hatinya haruslah terpaut mencintai Allah SWT, menghayati kebahagiaan dan kebaikan yang dinikmatinya itu. Anggota badannya haruslah senantiasa sibuk dan taat kepada Allah, melaksanakan perintah-perintahNya." (Ruhud Dienul Islami, hal 170).
Pelaksanaan bersyukur itu ialah dengan meningkatkan ketaatan, melaksanakan perintah-perintah Allah, terutama mengerjakan kewajiban-kewajiban pokok (fardhu 'ain), melakukan amal-amal kebaikan dan menjauhi kejahatan-kejahatan serta larangan-larangan Tuhan.
Tabiat manusia yang selalu lalai melakukan syukur.Dalam sejarah manusia, rupanya sudah menjadi tabiat manusia selalu lalai menyatakan syukur kepada Tuhan. Manusia baru akan menyadari nilai nikmat yang dikaruniakan Allah SWT apabila nikmat tersebut pada suatu ketika dicabut Allah darinya.
Apabila manusia umpamanya mendapat kecelakaan yang menyebabkan matanya rusak, tidak dapat melihat lagi, atau kakinya atau tangannya patah sehingga lumpuh, barulah saat itu dia menyadari bagaimana nikmatnya mempunyai dua buah mata yang bisa melihat, betapa bahagianya mempunyai kaki dan tangan yang tidak cacat.Seseorang yang berpangkat, atau seorang yang mempunyai kekuasaan, apabila sudah dipecat atau hilang jabatan dan kekuasaannya itu barulah pada saat itu ia menyadari betul-betul betapa nikmatnya kalau menduduki jabatan dan memegang kekuasaan. Tepat sekali peringatan dalam Al-Quran yang artinya:"Sesungguhnya Allah memberikan karunia yang cukup kepada manusia, tapi kebanyakan manusia (mayoritas) tidak tahu bersyukur." (QS. Al-Mukminin XL: 61).
sumber
Posting Komentar