(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan)
Allah l dgn sifat rahmah-Nya yang sempurna, senantiasa memberikan berbagai peringatan & pelajaran, agar hamba-hamba-Nya yang berbuat kemaksiatan & kezaliman bersegera utk meninggalkannya & kembali ke jalan Allah l. Sementara hamba-hamba Allah l yang beriman akan bertambah sempurna keimanannya dgn peringatan & pelajaran tersebut.
Namun, berbagai peringatan & pelajaran baik berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah tadi tak akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang beriman.
/>
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
Di antara sekian banyak peringatan & pelajaran, yang paling berharga adalah tatkala seorang hamba dgn mata kepalanya sendiri menyaksikan sakaratul maut yang menimpa saudaranya. SehinggaRasulullah n bersabda:
لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ
“Tidaklah berita itu seperti orang yang melihat langsung.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar c. Lihat Ash-Shahihah no. 135)
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang telah Allah l tentukan, dgn sebab yang Allah l takdirkan, pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, & sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang Allah l istimewakan. Mereka tak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah l:
“Dan datanglah sakaratul maut dgn sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)
Rasulullah n bersabda:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah l. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah l dgn rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya:
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tak melihat, maka mengapa jika kamu tak dikuasai (oleh Allah l)? Kamu tak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87)
Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Allah l berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’, & menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah l menyatakan: Bila kalian tak menginginkannya, kenapa kalian tak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan & menempatkannya (kembali) di dlm jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
Allah l berfirman:
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, & dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, & dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), & bertaut betis (kiri) dgn betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30)
Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Ini adalah berita dari Allah l tentang keadaan orang yang sekarat & tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah l meneguhkan kita dgn ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia & akhirat). Allah l mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat & ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat & lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati Allah l). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dgn kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya utk dibawa ke langit.
Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian & sakitnya sakaratul maut sesuai dgn kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi r adalah golongan yang paling dahsyat & pedih tatkala menghadapi sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah n:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ
“Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.” (Lihat Ash-Shahihah no. 132)
Aisyah x berkata:
فَلَا أَكْرَهُ شِدَّةَ الْمَوْتِ لِأَحَدٍ أَبَدًا بَعْدَ النَّبِيِّ n
“Aku tak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah Nabi n.” (HR. Al-Bukhari no. 4446)
Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “Para ulama rahimahumullah mengatakan bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga para wali & orang-orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tak bersegera mempersiapkan diri utk menghadapinya?
Allah l berfirman:
“Katakanlah: ‘Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling darinya’.” (Shad: 67-68)
Apa yang terjadi pada para nabi r berupa pedih & rasa sakit menghadapi kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah:
1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah perkara yang tak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang meninggal tanpa adanya gerakan & jeritan. Bahkan dia melihat sangat mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun menyangka bahwa sakaratul maut itu urusan yang mudah. Padahal dia tak mengetahui keadaan yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang para nabi yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah l, & Allah l pula yang meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-Nya– hal itu akan memupus anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang dirasakan & dialami oleh mayit itu benar-benar terjadi –selain pada orang syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita dari para nabi r tentang perkara tersebut1.
2. Kadang-kadang terlintas di dlm benak sebagian orang, para nabi adalah orang-orang yang dicintai Allah l. Bagaimana bisa mereka merasakan sakit & pedihnya perkara ini? Padahal Allah l Maha Kuasa utk meringankan hal ini dari mereka, sebagaimana firman Allah l:
أَمَّا إِنَّا قَدْ هَوَّنَّا عَلَيْكَ
“Adapun Kami sungguh telah meringankannya atasmu.”
Maka jawabannya adalah:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya di dunia adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka.”2
Maka Allah l ingin menguji mereka utk menyempurnakan keutamaan-keutamaan serta utk meninggikan derajat mereka di sisi Allah l. Hal itu bukanlah kekurangan bagi mereka & bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal. 25-26)
Malaikat yang Bertugas Mencabut Ruh
Allah l dgn kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut (malaikat pencabut nyawa) yang diberi tugas utk mencabut ruh-ruh, & dia memiliki para pembantu sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi utk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11)
Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut adalah satu malaikat yang Allah l beri tugas utk mencabut arwah hamba-hamba-Nya. Namun tak ada dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah Izrail. Nama ini tak ada dlm Kitab Allah k, juga tak ada di dlm Sunnah Muhammad n. Allah l hanya menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi utk (mencabut nyawa) mu’.” (As-Sajdah: 11)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi t berkata: “Ayat ini tak bertentangan dgn firman Allah l:
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan engkau dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dgn kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah & Al-Hakim)
4. Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dlm tanur yang dibakar, dipecah kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah, bila mau keluar dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya.
Rasulullah n berkata kepada Jibril & Mikail e sebagaimana disebutkan dlm hadits yang panjang:
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dgn kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dgn siksaan tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tak bangun utk shalat malam). Pada siang hari pun dia tak mengamalkannya. Maka dia disiksa dgn siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dlm tanur, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah z)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar & ganas
Rasulullah n bersabda:
فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil t dlm Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili z.”)
Allah l dgn sifat rahmah-Nya yang sempurna, senantiasa memberikan berbagai peringatan & pelajaran, agar hamba-hamba-Nya yang berbuat kemaksiatan & kezaliman bersegera utk meninggalkannya & kembali ke jalan Allah l. Sementara hamba-hamba Allah l yang beriman akan bertambah sempurna keimanannya dgn peringatan & pelajaran tersebut.
Namun, berbagai peringatan & pelajaran baik berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah tadi tak akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang beriman.
/>
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
Di antara sekian banyak peringatan & pelajaran, yang paling berharga adalah tatkala seorang hamba dgn mata kepalanya sendiri menyaksikan sakaratul maut yang menimpa saudaranya. SehinggaRasulullah n bersabda:
لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ
“Tidaklah berita itu seperti orang yang melihat langsung.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar c. Lihat Ash-Shahihah no. 135)
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang telah Allah l tentukan, dgn sebab yang Allah l takdirkan, pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, & sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang Allah l istimewakan. Mereka tak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah l:
“Dan datanglah sakaratul maut dgn sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)
Rasulullah n bersabda:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah l. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah l dgn rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya:
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tak melihat, maka mengapa jika kamu tak dikuasai (oleh Allah l)? Kamu tak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87)
Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Allah l berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’, & menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah l menyatakan: Bila kalian tak menginginkannya, kenapa kalian tak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan & menempatkannya (kembali) di dlm jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
Allah l berfirman:
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, & dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, & dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), & bertaut betis (kiri) dgn betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30)
Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Ini adalah berita dari Allah l tentang keadaan orang yang sekarat & tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah l meneguhkan kita dgn ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia & akhirat). Allah l mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat & ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat & lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati Allah l). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dgn kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya utk dibawa ke langit.
Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian & sakitnya sakaratul maut sesuai dgn kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi r adalah golongan yang paling dahsyat & pedih tatkala menghadapi sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah n:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ
“Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.” (Lihat Ash-Shahihah no. 132)
Aisyah x berkata:
فَلَا أَكْرَهُ شِدَّةَ الْمَوْتِ لِأَحَدٍ أَبَدًا بَعْدَ النَّبِيِّ n
“Aku tak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah Nabi n.” (HR. Al-Bukhari no. 4446)
Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “Para ulama rahimahumullah mengatakan bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga para wali & orang-orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tak bersegera mempersiapkan diri utk menghadapinya?
Allah l berfirman:
“Katakanlah: ‘Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling darinya’.” (Shad: 67-68)
Apa yang terjadi pada para nabi r berupa pedih & rasa sakit menghadapi kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah:
1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah perkara yang tak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang meninggal tanpa adanya gerakan & jeritan. Bahkan dia melihat sangat mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun menyangka bahwa sakaratul maut itu urusan yang mudah. Padahal dia tak mengetahui keadaan yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang para nabi yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah l, & Allah l pula yang meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-Nya– hal itu akan memupus anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang dirasakan & dialami oleh mayit itu benar-benar terjadi –selain pada orang syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita dari para nabi r tentang perkara tersebut1.
2. Kadang-kadang terlintas di dlm benak sebagian orang, para nabi adalah orang-orang yang dicintai Allah l. Bagaimana bisa mereka merasakan sakit & pedihnya perkara ini? Padahal Allah l Maha Kuasa utk meringankan hal ini dari mereka, sebagaimana firman Allah l:
أَمَّا إِنَّا قَدْ هَوَّنَّا عَلَيْكَ
“Adapun Kami sungguh telah meringankannya atasmu.”
Maka jawabannya adalah:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya di dunia adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka.”2
Maka Allah l ingin menguji mereka utk menyempurnakan keutamaan-keutamaan serta utk meninggikan derajat mereka di sisi Allah l. Hal itu bukanlah kekurangan bagi mereka & bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal. 25-26)
Malaikat yang Bertugas Mencabut Ruh
Allah l dgn kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut (malaikat pencabut nyawa) yang diberi tugas utk mencabut ruh-ruh, & dia memiliki para pembantu sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi utk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11)
Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut adalah satu malaikat yang Allah l beri tugas utk mencabut arwah hamba-hamba-Nya. Namun tak ada dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah Izrail. Nama ini tak ada dlm Kitab Allah k, juga tak ada di dlm Sunnah Muhammad n. Allah l hanya menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi utk (mencabut nyawa) mu’.” (As-Sajdah: 11)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi t berkata: “Ayat ini tak bertentangan dgn firman Allah l:
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan engkau dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dgn kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah & Al-Hakim)
4. Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dlm tanur yang dibakar, dipecah kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah, bila mau keluar dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya.
Rasulullah n berkata kepada Jibril & Mikail e sebagaimana disebutkan dlm hadits yang panjang:
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dgn kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dgn siksaan tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tak bangun utk shalat malam). Pada siang hari pun dia tak mengamalkannya. Maka dia disiksa dgn siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dlm tanur, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah z)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar & ganas
Rasulullah n bersabda:
فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil t dlm Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili z.”)
Sumber: www.asysyariah.com Majalah AsySyariah Edisi 051
Posting Komentar