Suatu ketika tersirat dalam pikiran ahli ibadah itu untuk memanjakan dirinya dan menuruti syahwatnya, karena selama ini ia menghabiskan hidupnya hanya dengan beribadah saja. Setelah itu ia berniat akan bertaubat karena ia yakin bahwa Allah Ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
la berkata dalam dirinya: “Lebih baik aku turun menemui saudaraku sebentar ke bawah lalu ikut bersamanya merasakan kenikmatan (melakukan maksiat), Kemudian aku bertaubat kepada Allah dan mengabdikan sisa hidupku hanya untuk beribadah kepada-Nya”. Lantas ia pun turun dengan niat tersebut.
dalam hatinya: “Aku telah menghabiskan hidupku dengan melakukan maksiat. Saudaraku yang shalih itu akan masuk surga, sedangkan aku akan masuk neraka. Demi Allah, aku benar-benar akan bertaubat dan naik menemui saudaraku, lalu aku ikut melakukan ibadah bersamanya dan mengabdikan sisa hidupku hanya untuk beribadah. Mudah-mudahan Allah akan mengampuniku”. Maka ia pun keluar dengan niatnya tersebut.
Ahli ibadah turun dari atas dengan niatnya tadi, tapi kakinya tergelincir lalu terjatuh dan menimpa saudaranya yang di bawah. Keduanya pun meninggal. Maka, ahli ibadah itu akan dibangkitkan di hari kiamat nanti dengan membawa niat maksiatnya, sedangkan orang yang selalu berbuat maksiat itu dibangkitkan dengan membawa niat taubatnya. Bagaimana tidak? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri pun pernah bersabda:
“Setiap hamba akan dibangkitkan (di hari kiamat nanti) dengan apa yang dilakukannya saat menjelang ajalnya”.
Sumber: Kisah-Kisah Su’ul Khotimah, Manshur bin Nashir al-’Awaji, penerbit Darussunnah.
Artikel: www.KisahIslam.net
Posting Komentar