Cerpen Islami:: Tangis Untukmu

0 komentar



 



Cerpen Islami : Tangis Untuk Mu - Masih inget ga Sahabat ilmuini Tentang cerpen Islami Romantika cinta di Pesantren Yang di Kirim oleh Nurul Hasanah beberapa waktu yang lalu, Kali ini Nurul hasanah Kembali Menghasilkan karyanya yang Luar biasa, Kali ini Cepren Yang WAJIB DIBACA oleh Para WANITA MUSLIMAH karena dalam cerpen ini Mengajak Kita Untuk Bercemmin diri, Tentang apa yang telah kita lakukan selama ini, tentang apa yang telah diLupakan Oleh remaja Hawa ini,tentnag apa yang Telah di Tinggalkan Oleh para Cewek-Cewek Islam saat ini.
Baiklah Silahkan baca:

Cerpen Islami : Tangis Untuk Mu
Malam ini aku terbangun dari tidurku begitu cepat. Dan saat ku lihat waktu masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Aku mendengar suara tangisan yang aku tak tau tangisan siapa itu.

"Siapa yang menangis malam-malam seperti ini?" lirihku.

Akupun beranjak dari tempat tidurku untuk mencari sumber tangisan itu. Dan langkahku terhenti ketika aku melewati lemari pakaiannku. Suara tangisan itu terdengar semakin dekat dan jelas. Awalnya aku sempat takut, namun rasa penasaran ini mengalahkan rasa takutku. Akhirnya ku memberanikan diri untuk membuka lemari itu. Dan ternyata tak ada sesuatu yang aneh disana, yang kudapati hanya pakaian-pakaianku yang tertata rapi. Namun tangisan itu semakin dekat dan semakin dekat. Hal itu yang membuatku terus mencari sumber tangisan itu dengan membongkar semua pakaianku. Pencarianku terhenti ketika ku temukan sebuah jilbab di hadapanku.

Ternyata jilbab itu yang menangis. Sungguh aku tak percaya dengan apa yang aku alami saat ini. Tapi memang benar jilbab itu yang manangis. Tak berapa lama setelah ia menagis, jilbab itu mulai mengatakan sesuatu.

“YaAllah YaTuhanku… sungguh aku bersyukur Kau mentakdirkan aku menjadi sesuatu yang Kau wajibkan bagi HambaMu, sehingga aku selalu menjadi yang berharga dan terpenting untuk mereka. Tapi tidak untuk kali ini Robb.. aku yang Kau wajibkan ini tak berharga di matanya, aku yang Kau wajibkan ini menjadi barang yang tak berguna untuknya. Aku tak pernah ia kenakan lagi Robbi.. Aku telah menjadi sejarah untuknya. Ampuni dia yaAllah, berikanlah ia hidahayahMu, sadarkan ia, jadikan ia mengerti akan kewajibanku untuknya…”

Aku yang saat itu masih berdiri di lemari yang terbuka dan dihadapan jilbab yang sedang bermunajah kepada Robb-nya hanya bisa menangis dan menyesali semua itu. Kusadari akan kelalaian kewajibanku. Aku hanya memakainya dikala waktu-waktu tertentu. Oh Robb.. ampuni aku

Tak berapa lama, aku kembali mendengar suara sesuatu yang merintih. Namun kali ini bukan lagi berasal dari jilbab yang tadi dihadapanku. Melaikan dari Al-Qur’an yang tersimpan rapi di rak bukuku.

“Ilahi.. mungkin diantara ciptaanMu aku adalah ciptaanMu yang paling suci. Benda yang selalu diagung-agungkan oleh hambaMu, sesuatu yang berisi semua firman-firmanMu , sesuatu yang dijadikan pedoman bagi semua ciptaanMu, yang jika dilantunkan hati ini menjadi tenang karnaMu. Ilahi.. sungguh aku bahagia akan takdirMu ini. Namun Ilahi, disini aku hanya menjadi buku biasa yang tak berharga. Aku hanya menjadi sesuatu yang tak bernilai. Aku telah lama disimpannya disini. Aku rindu ia yang dulu, ia yang setiap hari tak pernah melewatkan untuk melantunkan ayatMu dengan merdunya. Kini suara merdunya telah ia berikan untuk lagu-lagu yang sama sekali tidak mendekatkannya kepadaMu Ilahi. Kembalikan ia seperti dulu, maafkan kesalahannya wahai Sang Pengampun, serta berikanlah ia hidayahMu wahai Sang Pencerah”.

Setelah mendengar semua itu, tubuhku terkulai lemas. Rasanya tak sanggup lagi aku menopang tubuh ini. Dan akupun terjatuh dari tempatku berdiri. Tuhan.. sekali lagi ampuni hamba.
Selang beberapa detik. Telingaku kembali mendengar rintihan sesuatu.

‘Wahai Dzat yang menjanjikan ampunan, ampuni dia yang memilikiku. Dia yang yang selalu menyia-nyiakanku, dia yang hampir selalu menunda-nunda untuk memakaiku, menunda-nunda untuk menghadapMu. Robbi.. ampuni ia yang juga tak pernah ikhlas menjalankan kewajibanMu. Ia yang hanya mengingatMu dikala susah, dan ia yang melupakanMu di saat senang. Ampuni ia Ilahi..’
Rintihan itu trnyata dari mukenahku.


‘YaAllah.. untuk kesekian kalinya ampuni aku yang terlampau sering menunda-nunda waktu untuk berjumpa denganMu, dan ampuni aku yang yang tak pernah ikhlas menjalankan kewajibanku. Robb.. sungguh aku malu mendengar semua ini. Benda-benda ciptaanMu yang tak Kau beri akal dan hati semuanya tunduk kepadaMu. Sedangkan aku, aku yang Kau ciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, mahluk yang mempunyai akal, fikiran dan hati selalu ingkar dan lupa akanMu. Oh Ilahi.. kata maafpun rasanya tak pantas terucap dari bibir manusia yang penuh sekali dengan dosa untukMu yang tak pernah berhenti menberikan nikmat untukku. Namun hanya Engkau Tuhanku, hanya Engkau yang patut aku sembah, dan hanya kepadaMu aku memohon ampun. Ampuni hamba Robb..’

Dan lagi-lagi aku mendengar rintihan dan tangisan yang sangat dekat dengan telingaku. Dekat sekali. Ternyata rambut panjang yang menjadi icon kebanggaankulah yang menangis dan merintih.

‘Wahai yang Maha Agung. Aku bahagia telah menjadi mahkota untuk HambaMu. Aku telah mengindahkan rupa mereka atas izinMu. Tapi yaAllah.. sungguh aku malu menjadi mahkota wanita yang ini. Wanita yang mempertontonkan aku kepada siapa saja yang bukan muhkrim baginya. Dengan mudah dan begitu bangganya dia memamerkan keindahanku. Oh Robb.. sungguh aku malu, aku malu telah di pertontonkan, dan aku malu telah dipamerkan. Terbakar oleh api nerakaMu jauh lebih baik untukku dari pada aku terus dipermalukan olehnya. Ku mohon bakar aku robbi, bakar aku, bakar aku, bakar aku, bakar aku………….’
“TIDAK…………………….” Teriakku.
Aku terbangun dari tidurku.

 “YaAllah ternyata semua itu hanya mimpi. Mimpi indah sekaligus mimpi buruk untukku. Indah karena Kau ingatkan aku. Buruk karena aku malu akan semua sikap-sikapku.”
Segera aku beranjak dari tempat tidurku untuk mengambil air wudhu dan mendirikan sholat malam yang hampir tak pernah aku dirikan.
 
Robbi..
Izinkan aku mengucap taubat kepadaMU
Izinkan aku memohon ampunanMU
Bantu aku untuk memenuhi segala kewajibku
Bantu aku untuk menjahui segala laranganMU
Serta bantu aku untuk tidak kembali ke jalan yang bukan RidhoMU
Ilahi..
Jadikan taubatku ini taubatan nasuhah
Dan jadikan hijrahku hijrah yang kaffah
 
 
 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. Khazanah Islami - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger