Bacaan Doa Sujud Tilawah dan Sujud Sahwi

0 komentar

Oktober 7, 2011 at 5:59 am | Akhlak, Fikih, Fikih Kontemporer, Wawasan as-Sunnah   
Posted by Muhsin Hariyanto 
 Ada dua hadis yang menjelaskannya, dan menjadi sangat populerdi masyarakat kita, padahal keduanya adalah hadis dha’if (lemah).
Pertama, hadis yang berasal dari ‘Aisyah r.a.:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِ الْقُرْآنِ بِالْلَيْلِ سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعُهُ وَبََصَرُهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ
Adalah Nabi s.a.w. beliau membaca dari sujud al-Quran (sujud tilawah.) pada malam hari: “telah sujud wajahku kepada Yang Menciptakanku, maka beratlah pendengaran dan penglihatan karena kemampuan dan kekuatan-Nya”. (Dan dalam riwayat al-Hakim ada tambahan: “maka Maha Berkah Allah sebaik-baik pencipta”. Dan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah: “beliau mengucapkannya tiga kali“).
Hadis ini diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawayh dalam Musnadnya 3/965 no. 1679, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 1/380 no. 4372, Ahmad bin Hanbal dalamMusnadnya 6/30, at-Tirmidziy dalam Sunannya 2/474 no. 580 dan 5/456 no. 3425, an-Nasa’i dalam Sunannya 2/222 no. 1129 dan dalam as-Sunan al-Kubrâ1/239 no. 714, Abu Ahmad al-Hakim dalam Syi’ar Ashhâbul Hadîts no. 82, 83, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/382, al-Hakim dalam al-Mustadraknya 1/341-342, Ad-Daraquthniy dalam Sunannya 1/406, Al-Baihaqiy dalam Sunannya 2/325, Abu Syaikh al-Ashbahaniy dalam ath-Thabaqât 3/513 dan Ath-Thabarany dalam al-Ausath 4/9 no. 4376.
Semua meriwayatkan hadis ini dari jalan Khalid bin Mihran al-Hadzdza` dari Abul ’Aliyah dari ’Aisyah.
Cacat yang menyebabkan hadis ini lemah adalah Khalid bin Mihran tidak mendengar dari Abul ’Aliyah. Imam Ahmad menyatakan: “Khalid tidak mendengar dari Abul ‘Aliyah“. Baca: Tahdzîb at-Tahdzîb karya Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Jâmi’ at-Tahshîl karya al- ‘Ala`i.
Dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya menegaskan bahwa sebenarnya antara Khalid dan Abul ’Aliyah ada perantara yaitu seorang râwiy (periwayat) mubham(seorang lelaki yang tidak disebut namanya).
Apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Khuzaimah ini memang benar karena Khalid bin Mihran, dari seluruh referensi yang disebutkan di atas, ia meriwayatkan dari Abul ’Aliyah dengan lafazh ”’an” (dari) sehingga riwayat Khalid ini dianggap terputus dari Abul ’Aliyah apabila telah terbukti ada riwayat lain menyebutkan ada perantara antara Khalid dengan Abul ’Aliyah.
Dan ternyata ada riwayat dari jalan Isma’il bin ’Ulayyah dari Khalid bin Mihran dari seorang lelaki dari Abul ’Aliyah dari ’Aisyah r.a..
Riwayat Isma’il bin ’Ulayyah ini dikeluarkan oleh Ahmad bin Hanbal dalamMusnadnya 6/217, Abu Daud dalam Sunannya 2/60 no.1414, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/283 dan Al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubrâ 1/325 dan as-Sunan as-Sughrâ 1/509.
Maka bisa disimpulkan bahwa hadis ’Aisyah r.a. ini adalah hadis yang dha’if(lemah) karena Khalid tidak mendengar dari Abul ’Aliyah dan perantara antara keduanya adalah seorang râwi mubham. Karena itulah hadis ini disebutkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadiy Al-Wadi’iy –- rahimahullâh — dalam Ahâdîts Mu’allal Zhâhiruhâ ash-Shihhah (Hadis-hadis yang Cacat yang Zhahirnya [tampak] Shahih), hadis no. 395.
Kedua: Hadis Ibnu ‘Abbas r.a.
قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَجَدَةً ثُمَّ سَجَدَ فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِيْ بِهَا عِنْدَكَ أَجَرًا وَضَعْ عَنِّيْ بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَا لِيْ عِنْدَكَ ذَخَرًا وَتَقَبَّلْهَا مِنِّيْ كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ
Nabi s.a.w.  membaca satu ayat dari ayat-ayat sajadah lalu beliau sujud kemudian beliau membaca doa: “Ya Allah tulislah untukku dengannya disisiMu sebagai pahala dan letakkanlah dariku dengannya dosa dan jadikanlah untukku disisiMu sebagai modal dan terimalah dariku sebagaimana Engkau menerima dari hambaMu (Nabi) Daud“.
Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidziy dalam Sunannya 2/472 no. 549 dan 5/455-456 no. 3424, Ibnu Majah dalam Sunannya 1/334 no. 1053, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/282-283 no. 572-573, Ibnu Hibban dalam Shahihnya sebagaimana dalam al-Ihsân 6/473 no. 2568 dan al-Mawarid no. 691, al-Hakim dalam Mustadraknya 1/341, al-Baihaqiy dalam Sunannya 2/320, Abu Ahmad al-Hakim dalam Syi’ar Ashhâbul Hadîts no. 84, ath-Thabaraniy dalam Sunannya 11/104 no. 11262, Al-‘Uqaily dalam adh-Dhu’afâ` 1/242-243, al-Khaliliy dalam al-Irsyâd 1/353-354 dan al-Mizziy dalam Tahdzîb al-Kamâl 6/314.
Semuanya meriwayatkan dari jalan Muhammad bin Yazid bin Hunais dari Hasan bin Muhammad bin ’Ubaidillah bin Abi Yazid berkata kepadaku Ibnu Juraij: “Wahai Hasan, kakekmu ’Ubaidillah bin Abi Yazid mengabarkan kepadaku dari Ibnu’Abbas”.
Dalam hadis ini ada dua cacat:
  1. Mengenai Muhammad bin Yazid bin Hunais,  Abu Hatim berkomentar tentang dirinya: Dia “Syaikhun Shâlihun (seorang syaikh yang shaleh)”. Sedang Ibnu Hibban menyebutkannya dalam ats-Tsiqât, maka rawi seperti ini tidak dipakai berhujjah kalau bersendirian, karena itu Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-Atsqalaniy) menyimpulkan dari Taqrîb at-Tahdzîb: Dia “Maqbûl – Muhammad bin Yazid bin Hunais — (diterima hadisnya kalau ada pendukungnya, kalau tidak ada pendukungnya ia adalah layyinul hadîs(lemah hadisnya)”.
  2. Mengenai Hasan bin Muhammad bin ’Ubaidillah,  Adz-Dzahabiy berkomentar tentang dirinya: “Berkatalah al-‘Uqaily : “lâ yutaba’u ’alaihi (ia tidak mempunyai pendukung)” dan berkatalah yang lainnya: “pada dirinya (Hasan bin Muhammad bin ’Ubaidillah) ada Jahâlah (tidak dikenal)”. Maka râwi (periwayat) ini juga tidak dipakai berhujjah kalau bersendirian. Apalagi Imam at-Tirmidziy menganggap bahwa hadis ini adalah hadis ghorib. Dan istilah hadis gharib menurut Imam at-Tirmidziy adalah hadis lemah.
Kesimpulan:
Tidak ada hadis yang shahih tentang doa sujud tilawah, maka kalau seseorang membaca ayat dari ayat-ayat sajadah dalam shalat kemudian ia sujud maka ia membaca doa seperti yang ia baca dalam sujud shalat. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad sebagaimana yang tertulis dalam kitab al-Mughniy 2/362 dan Masâil Imam Ahmad riwayat Ibnu Haniy 1/98.
Adapun kalau sujud tilawahnya di luar shalat maka tidak ada syariat membaca doa apapun.
Adapun doa sujud sahwi, kami tidak mengetahui ada doa yang khusus pada sujud sahwi tersebut, mungkin karena itu Imam Ibnu Qudamah berkata bahwa yang dibaca dalam sujud sahwi adalah sama dengan apa yang dibaca pada sujud shalat.
(Dikutip dan diselaraskan dari kitab al-Mughny 2/432-433, Abu Muhammad Dzulqarnain, dari:  http://an-nashihah.com/judul: Bacaan Doa Sujud Tilawah dan Sujud Sahwi)
Mga Bermanfaat buat semuanya..
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. Khazanah Islami - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger