MENJADI pengantin adalah impian setiap pemudi, sedangkan pernikahan adalah cita-cita setiap pemuda. Bahkan, banyak remaja dan pemuda yang berusaha untuk mencapainya dengan segala cara sesuai dengan prinsip “menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuan” sekalipun bertentangan dengan aturan agama Islam, baik dengan mengirim sms kepada pacar, menelpon, kencan atau chatting lewat internet.
Pada masa sekarang, pemudi yang menjaga dirinya dan hanya mengenal laki-laki dari keluarganya berpikir bahwa dia tidak akan bisa menikah. Padahal, terlambat menikah dengan tetap menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan Allah dapat mendatangkan keberkahan, bisa jadi Allah menganugerahkan seorang pemuda saleh yang akan hidup bahagia bersamanya sepanjang hidup.
Sebut saja namanya Su’ad, ia dikenal seorang muslimah pemalu yang menjaga dirinya, menutup rapat auratnya, menjalankan syariat agama dengan baik dan mempunyai akhlak yang mulia. Sehingga, dengan izin Allah dia mendapatkan suami yang saleh pula.
Su’ad tidak seperti gadis lain yang mengaku modern dan suka memperlihatkan auratnya, berbicara keras, tersenyum bahkan berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya tanpa ada rasa malu sedikit pun.
Pernikahan Su’ad dengan suaminya dilakukan dengan cara Islami. Selesai melakukan akad dan resepsi pernikahan, kedua pengantin yang tengah diliputi rasa bahagia itu masuk ke rumah mereka. Su’ad mempersiapkan makan malam sementara suaminya menunggu di meja makan. Mereka pun siap untuk menyantap makanan.
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Karena merasa terganggu dengan suara itu, sambil marah suami Su’ad mengatakan, “Siapa yang datang jam begini?”
Tanpa diperintahkan suaminya Su’ad berdiri menuju pintu dan bertanya.
“Siapa ini?”
Orang itu menjawab, “Aku pengemis yang butuh makanan.”Pada masa sekarang, pemudi yang menjaga dirinya dan hanya mengenal laki-laki dari keluarganya berpikir bahwa dia tidak akan bisa menikah. Padahal, terlambat menikah dengan tetap menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan Allah dapat mendatangkan keberkahan, bisa jadi Allah menganugerahkan seorang pemuda saleh yang akan hidup bahagia bersamanya sepanjang hidup.
Sebut saja namanya Su’ad, ia dikenal seorang muslimah pemalu yang menjaga dirinya, menutup rapat auratnya, menjalankan syariat agama dengan baik dan mempunyai akhlak yang mulia. Sehingga, dengan izin Allah dia mendapatkan suami yang saleh pula.
Su’ad tidak seperti gadis lain yang mengaku modern dan suka memperlihatkan auratnya, berbicara keras, tersenyum bahkan berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya tanpa ada rasa malu sedikit pun.
Pernikahan Su’ad dengan suaminya dilakukan dengan cara Islami. Selesai melakukan akad dan resepsi pernikahan, kedua pengantin yang tengah diliputi rasa bahagia itu masuk ke rumah mereka. Su’ad mempersiapkan makan malam sementara suaminya menunggu di meja makan. Mereka pun siap untuk menyantap makanan.
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Karena merasa terganggu dengan suara itu, sambil marah suami Su’ad mengatakan, “Siapa yang datang jam begini?”
Tanpa diperintahkan suaminya Su’ad berdiri menuju pintu dan bertanya.
“Siapa ini?”
Dia kembali ke suaminya yang langsung bertanya, “Siapa itu?”
“Pengemis yang butuh makanan,” jawabnya.
Sang suami menjadi marah dan berkata, “Apakah orang ini yang berani mengganggu waktu istirahat dan malam pertama kita?”
Sang suami membuka pintu lalu memukul pengemis itu dengan keras dan mengusirnya. Pengemis tersebut pergi dalam keadaan lapar sementara luka memenuhi jiwa dan tubuhnya dan kehormatannya diinjak-injak.
Setelah itu sang suami kembali ke istrinya. Perasaan marah kepada pengemis yang menganggu dia dan istrinya masih ada dalam hati. Tiba-tiba dia seperti kerasukan jin, sehingga bumi yang luas terasa sempit baginya. Dia lari keluar rumah sambil berteriak-teriak. Tinggallah Su’ad diliputi rasa takut, karena sang suami meninggalkannya pada malam pertama dari pernikahan mereka. Dia tidak menyangka, suami yang terlihat shaleh tega berbuat demikian kepada seorang pengemis.
Namun itulah kehendak Allah, Su’ad hanya bisa bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah Ta’ala.
Buah dari Kesabaran dan Balasan Kezaliman
Lima belas tahun setelah kejadian tersebut, seorang lelaki datang kepada orangtua Su’ad untuk meminangnya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Su’ad dan keluarganya, lelaki itu pun melangsungkan pernikahan dengannya.
Pada malam pertama, di saat pasangan pengantin tengah duduk untuk menyantap makan malam, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu. Sang suami mengatakan, “Tolong kamu buka pintu dan tanya keperluannya.”
Su’ad beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah pintu.
“Siapa ini?” tanya Su’ad sambil berdiri di belakang pintu.
“Aku pengemis yang butuh makanan,” kata orang itu.
Dia pun kembali ke suaminya.
“Siapa orang itu?” tanya sang suami.
“Pengemis yang butuh makanan,” jawabnya.
Sang suami mengambil makanan yang telah terhidang dan memberikannya kepada Su’ad.
“Bawa semua makanan ini dan biarkan dia makan sampai kenyang, jika bersisa baru kita makan malam,” ujarnya.
Su’ad kemudian membuka pintu dan memberikan makanan itu kepada pengemis yang tengah kelaparan. Lalu dia kembali ke suaminya sambil menangis.
“Ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi? Apakah dia mencacimu?” tanya sang suami kebingungan.
Dengan berlinang air mata Su’ad menjawab, “Tidak.”
“Apakah dia menghinamu?”
“Tidak.”
“Apakah dia menyakitimu?”
“Tidak.”
“Lalu apa yang membuatmu menangis?”
Su’ad menjawab, “Orang yang duduk di depan pintu rumahmu dan makan makananmu itu adalah suamiku lima belas tahun lalu. Pada malam pertama pernikahanku, ada seorang pengemis yang mengetuk pintu meminta makanan. Dia membuka pintu lalu memukul dan mengusir pengemis itu. Kemudian dia kembali kepadaku dalam keadaan marah. Namun tiba-tiba dia seperti kerasukan jin atau setan, bahkan aku menyangka dia gila ketika itu. Lalu dia keluar rumah sambil mengoceh tak menentu. Dia pun pergi entah kemana. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi kecuali malam ini.”
Tak dinyana, setelah mendengar cerita Su’ad suaminya pun menangis. Su’ad dengan penuh keheranan bertanya kepadanya,
“Apa yang membuatmu menangis?”
“Tahukah kamu siapa orang yang dipukul suamimu malam itu?”
“Siapa dia?”
“Orang itu adalah aku.”
Subhanallah, Mahasuci Allah Yang Maha Perkasa dan Memberikan balasan baik kepada hamba miskin yang mendatangi sebuah rumah untuk meminta makanan, sementara lapar tengah menyerangnya hebat. Namun betapa pedih hatinya ketika tuan rumah memukul dan mengusirnya.
Sungguh Allah tidak menyukai kezaliman dan orang-orang yang berbuat zalim. Maka Dia menurunkan azab-Nya kepada orang yang berbuat jahat dan memberikan pahala kepada orang yang sabar. Dunia dua orang itu pun menjadi terbalik. Lelaki pengemis menjadi kaya karena kesabarannya, sementara lelaki zalim itu gila dan kehilangan hartanya, sehingga dia menjadi pengemis.
Mahasuci Allah lagi Maha Mulia yang telah mengaruniakan rezeki kepada seorang wanita muslimah yang bersabar selama 15 tahun berupa suami yang lebih baik dari yang sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman, “Dan adapun orang yang beriman dan melakukan kebajikan, maka Dia akan memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna. Dan Allah tidak menyukai orang zalim.” (QS. Ali ‘Imran: 57).*/Diterjemahkan oleh Yum Roni Askosendra, dikutip dari “Qishash Mu`ts-tsirah Jiddan Jiddan Lil Fatayat, Ishom Abu Muhammad”
sumber
Posting Komentar