HomeSholat Dhuha Mendatangkan Rejeki
Sholat Dhuha Mendatangkan Rejeki
Bismillahir-Rah
maanir-Rahim ...Ketika mobil sudah lolos dari kemacetan, kami kembali
bisa menikmati perjalanan santai keliling kota. Sambil menikmati suasana
santai di dalam mobil, seorang famili yang bernama ‘MF’ bercerita
tentang pengalamannya yang cukup unik. Katanya, sebuah pengalaman yang
sangat istimewa telah ia dapatkan ketika melakukan shalat dhuha.
Dari berbagai sumber, keterangan dan penjelasan yang ia dapatkan, baik
ketika mendengarkan ceramah-ceramah , atau dari membaca diskusi-diskusi
literatur. Ia mengambil sebuah kesimpulan, bahwa shalat dhuha itu
dipakai untuk mencari rezeki. Begitulah kesimpulan yang ia dapatkan.
Kata MF, pagi itu ia benar-benar bisa tenggelam dalam kekhusyukan.
Sebab, sebelumnya ia mempunyai permasalahan ekonomi yang cukup serius.
Maka dengan melakukan shalat dhuha, ia berharap akan mendapat rezeki
kontan dari Allah Swt, sehingga bisa menyelesaikan permasalahannya
dengan cepat.
Saat itu, do’a yang dipanjatkan sangat panjang.
Sujud yang dilakukan begitu khusyuk. Harapannya hanya satu. Ia ingin
mendapat rezeki secepatnya untuk segera menutupi hutang-hutangny a yang
katanya sudah sangat menumpuk.
Beberapa hari ia lakukan shalat
dhuha tersebut dengan penuh khusyu’ dan tawadhu’. Setiap selesai shalat
dhuha ia selalu berharap-harap cemas untuk mendapatkan rezeki dari Allah
Swt.
Pada pagi yang cerah, ketika waktu dhuha sudah masuk,
seperti biasanya ia mengambil air wudhu’, lalu ia menggelar sajadahnya.
Hari itu benar-benar ia bisa melakukan shalat lebih khusyu’ dari
waktu-waktu sebelumnya. Do’a pun dipanjangkan lebih dari hari-hari
sebelumnya. Ia betul-betul merasa puas dengan shalat dhuhanya .
Ketika menutup do’a khusyu’nya, sebelum melipat sajadahnya, tiba-tiba
pintu rumahnya diketuk perlahan. Dan terdengar suara ucap salam dari
seorang tamu yang berada di luar. Kontan MF bangkit dari tempat
shalatnya, dan ia menjawab salam dengan penuh gembira.
“…wa ‘alaikum salaam warahmatullaahi wabarakaatuh…”
Begitu fasihnya MF menjawab salam tersebut. Dengan penuh gembira
dipersilahkanny a tamu itu masuk kedalam rumahnya. Dalam hatinya MF
berkata, Wah, inilah rezeki yang ia harapkan itu. Ia berfikir begitu
kontannya Allah kalau memberi rezeki. Belum satu menit do’a panjang itu
ia tutup, belum selesai ia melipat sajadahnya, tiba-tiba didepan pintu
sudah menunggu rezeki itu…
” Silakan masuk pak,. .” kata MF. ”
Oh, iya terima kasih…” sahut tamunya. Bapak siapa ya, koq saya agak
lupa…” kata MF. Ini pak…, saya memang belum pernah ketemu bapak. Saya
adalah utusan dari majikan saya bapak HR. Saya kesini disuruh menagih
hutang kepada bapak yang memang belum terbayar sejak lima bulan yang
lalu. Mohon maaf kalau saya mengganggu…”
Ah, betapa pucat muka
MF mendengar hal ini. Ternyata yang datang bukan rezeki yang diharapkan,
tetapi justru orang sedang menagih hutang! Ingin rasanya ia menangis
waktu itu. Betapa saat itu ia tidak punya uang sama sekali, Shalat dhuha
sudah ia lakukan dengan penuh khusyuk ternyata yang datang bukan
seperti harapannya. Sambil menutup ceritanya, MF mengatakan pada saya
:”..ternyata shalat dhuha tidak bisa dipakai untuk mencari rezeki ya…”
Saya hanya tersenyum, menyaksikan MF mengambil kesimpulan sendiri dari
ceritanya itu. Rupanya ada sesuatu yang salah dalam pemahaman shalat
dhuha. Allah Swt, sebagai Tuhannya Alam Semesta, Dzat Yang Maha Agung,
oleh MF dimintai uang untuk membayarkan hutangnya.
Kira-kira
saja, para malaikat menjadi ‘tersinggung’ mendengar perilaku MF ini.
Betapa Sang Pencipta Jagad Raya, yang memiliki Arasy yang tinggi, yang
mengatur jalannya bintang-bintang raksasa, di seluruh galaksi, yang
mengatur hidup dan mati seluruh ciptaanNya, disuruh membayarkan
hutangnya…?
MF memang belum mengerti, ia tidak menyadari akan
kesalahannya. Maka Allah Swt memberinya pelajaran praktis pada pagi itu.
Yang datang bukanlah rezeki, tetapi sebaliknya yang datang adalah orang
yang menagih hutang.
Sejak memulai shalat, yang di
bayangkannya oleh MF adalah rezeki melimpah. Bukan mengagungkan Allah.
Rupanya MF telah melakukan kesalahan dalam mengartikan substansinya
shalat dhuha.
Bahwa dengan shalat dhuha seseorang akan
mendapatkan rezeki yang barokah, insyaAllah adalah benar. Tetapi yang
menjadi masalahnya, shalat bukanlah untuk mencari rezeki. Shalat adalah
sebuah pengabdian yang sangat indah dari seorang hamba kepada Tuhannya.
Mengabdi bukanlah minta rezeki. Mengabdi adalah mendekatkan diri pada
Ilahi. Mengabdi adalah mensyukuri nikmat diri yang tiada terhitung lagi
saking banyaknya yang telah diterima oleh manusia.
Allah
melalui rasulNya, menyuruh kepada kita semua, agar di waktu dhuha kita
menyembahNya. Kita MengagungkanNya . Apabila pada saat semua orang sibuk
mencari rezeki dan sibuk mengurusi duniawi, pada saat itu ada seorang
hamba yang menyempatkan diri untuk mengagung-kanNy a, dengan melakukan
shalat dhuha, maka dia itulah orang yang sangat istimewa.
Sungguh Allah sangatlah mencintainya. Sebab ketika semua orang
memanfaatkan `waktu efektif’ untuk bekerja, ‘waktu efektif’ untuk
berusaha, ternyata pada saat itu ada orang yang mau dan rela
mengorbankan waktunya demi mencari ridha Allah. Mohon ampun atas segala
kekhilafannya. Mengagungkan Dzat Yang Maha Perkasa. Bukan sekedar untuk
minta rezeki. Sungguh orang itu berhak mendapatkan rezeki yang barokah
dari Allah Swt…
Barang siapa yang rajin menjaga shalat dhuha, maka akan diampunkan dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih di lautan.
(HR. Ahmad, Attirmidzi)
Barang siapa yang disibukkan oleh dzikirnya untuk mengingatKu, sampai
ia lupa memohon kepadaKu, maka Aku memberinya sebelum ia memohon
kepadaKu.
(Hadits Qudsi, Abu Nu’aim, Dailami)
Wallahu’alam bishshawab, ..
Posting Komentar