Menjaga kesinambungan soirit Ramadhan

0 komentar

oleh:
Fakhrurrazi M. Yunus Lc, MA Dosen Fakultas Syariah IAIN Ar Raniry, Banda Aceh.
PENUH dengan keberkahan, Ramadhan seakan menjadi bulan idola bagi hamba Allah yang ingin meningkatkan kualitas ibadahnya. Allah Swt dan RasulNya pun telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi orang-orang yang ingin memanfaatkan momentum Ramadhan tersebut. Apalagi di dalam bulan Ramadhan terdapat satu malam yang sangat agung, yaitu Lailatul Qadar. Di mana barangsiapa yang mendapatkan malam tersebut dan dapat mengisinya dengan ibadah kepada Allah Swt, sama dengan ia telah melakukan ibadah selama seribu bulan.
Kalau dalam dunia bisnis kita mengenal ada istilah musim promo harga, maka Ramadhan dapat kita ibaratkan sebagai musim “promo pahala” dari Allah Swt. Oleh karenanya tidak heran jika kita melihat antusiasme ibadah umat muslim pada bulan Ramadhan meningkat drastis dibandingkan bulan-bulan lainnya, demi memburu pahala yang telah “diobral” oleh Allah Swt dalam berbagai macam bentuk ibadah prioritas pada bulan ramadhan yaitu puasa, shalat taraweh, tadarus dan bersedekah kepada fakir dan miskin. Sehingga sangat disayangkan jika momen tersebut terlewatkan begitu saja tanpa diisi dengan amalan-amalan ibadah. Dan bersyukurlah bagi orang-orang telah memaksimalkan momen tersebut dengan sebaik-baiknya.
Namun bagi orang yang telah benar-benar menjadikan Ramadhan sebagai sarana menabung pahala adalah menjadi suatu tantangan bagi mereka untuk menjaga spirit ibadah yang telah terpupuk selama sebulan penuh, dapat dipertahankan di luar Ramadhan. Karena pada dasarnya spirit utama ibadah itu sendiri ada pada bulan-bulan lainnya. Karena tantangan dan cobaan untuk beridah pada bulan-bulan lain lebih menantang kita untuk lebih tekun beribadah kepada Allah Swt. Bulan Ramadhan tidak lebih dari sekadar momentum untuk memberikan stimulus kepada hamba untuk membangun proyek ibadah yang dilakukan setiap hamba sepanjang hayatnya. Adalah hal yang wajar jika seseorang mampu berpuasa dengan tenang pada bulan Ramadhan karena semua orang di sekitarnya juga berpuasa. Begitu juga dengan qiyamul lail (Tarawih) dan tadarus. Menjadi motivasi tersendiri bagi seseorang untuk melakukan ibadah tersebut karena orang-orang di sekitarnya juga melakukan hal yang sama.
Tantangannya adalah mampukah kita berpuasa sunat di luar bulan Ramadhan, saat orang-orang di sekitar kita makan dan minum dengan lahapnya? Atau mampukan kita membuka lembaran Alquran untuk kita baca dan kita kaji, sedangkan di sekitar tempat kita bekerja orang-orang sibuk menghitung lembaran rupiah bagi mereka yang bekerja di bank, atau guru dan dosen sibuk dengan anak didik mereka dan kesibukan-kesibukan lainnya. 
Oleh karenanya kita dituntut untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt tanpa terpengaruh dan dibatasi oleh ruang dan waktu, sebagaimana firman-Nya: “Istiqamahlah sebagaimana Allah memerintahkan kamu.” (QS. Hud: 112).
Tidak akan bermakna lebih jerih payah ibadah yang kita lakukan selama sebulan penuh dalam bulan Ramadhan, namun di bulan-bulan lain justru menurun atau bahkan tidak sama sekali. Karena kondisi kestabilan “bank pahala” kita tidak akan sehat bila neraca ibadah antarsatu bulan dengan bulan lainnya tidak seimbang. Sebab pada dasarnya yang dituntut oleh ajaran agama kita dalam ibadah adalah bukan semata-mata kuantitasnya, akan tetapi lebih kepada kualitas dan intensitasnya.
Sebagai contoh, orang yang membaca satu lembar Alquran dalam sehari tetapi dilakukannya dengan terus-menerus. Artinya tiada hari tanpa dilewati dengan bacaan Alquran, jauh lebih baik dari pada orang yang membaca Alquran lima lembar atau bahkan 1 juz dalam satu hari, namun tidak dilakukan dengan berkesinambungan. Terkadang sehari mengaji 1 juz, namun lima hari lainnya tidak ada satu ayat Alquran pun yang dibacanya.
Rasulullah Saw bersabda: “Berkatalah yang benar dan dekatkan dirimu kepada Allah. Ketahuilah amalanmu tidak akan membuatmu masuk syurga dan sesungguhnya Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang berkesinambungan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari). Dalam hadis lain disebutkan: “Sebaik-baik amalan adalah yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit.” (HR. Abu Daud)
Mari sama-sama kita berusaha dan berdoa kepada Allah Swt agar ruh (spirit) ibadah yang telah kita pupuk selama sebulan penuh di bulan Ramadhan ini dapat kita petik setelah Ramadhan berlalu. Semoga titel takwa yang kita idamkan-idamkan dari Ramadhan, dapat kita raih dan kita gapai dengan sukses. Wallahu A‘lam.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. Khazanah Islami - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger