HARI ASYURA (10 MUHARRAM) BAGI PARA NABI


HARI ASYURA (10 MUHARRAM) BAGI
 PARA NABI

1. Allah menerima taubat Nabi ADAM as.

2. Nabi Adam as. bertemu kembali dengan isterinya, Siti Hawa di Padang Arafah (Jabal Rahmah). Setelah berpisah selama 200 tahun.

3. Nabi IDRIS as di bawa ke langit, sebagai tanda Allah menaikkan derajatnya.

4. Nabi NUH dan seisi perahu besar turun ke darat, setelah kandas di bukit Judi. Nabi Nuh bersama 77 orang dan sejumlah pasangan binatang dan beberapa bibit tanaman, selamat dari peristiwa air bah (banjir besar) yang melanda bumi dan menenggelamkan daratan selama 150 hari.

5. Hari lahir Nabi IBRAHIM as.

6. Nabi Ibrahim as diangkat menjadi Khalilullah (kekasih Allah).

7. Nabi Ibrahim as diselamatkan dari api yang dinyalakan oleh Raja Namrudz. Allah memerintahkan kepada api supaya menjadi dingin dan tidak membakar Nabi Ibrahim

8. Penglihatan Nabi YA’KUB as yang kabur dipulihkan Allah kembali.

9. Nabi Ya’kub as bertemu dengan putranya Nabi Yusuf as.

10. Nabi YUSUF as dibebaskan dari penjara setelah dipenjara beberapa tahun karena fitnah Siti Zulaikha istri seorang pembesar Mesir.

11. Nabi AYUB as dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritanya.

12. Mu”jizat Nabi MUSA as dengan tongkat yang menjadi ular besar yang memakan semua ular-ular para ahli sihir Fir'aun.

13. Mu’jizat Nabi Musa as dengan tongkat ketika membelah Laut Merah.

14. Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as.

15. Diampunkan dosa Nabi DAUD as.
Sejarah mencatat, Nabi Daud as hendak merampas isteri orang walaupun beliau sendiri sudah memiliki 99 orang isteri.
Allah lalu menurunkan dua malaikat yang menyamar sebagai manusia untuk menegur dan menyindir perbuatan Nabi Daud as itu. Sadarlah Nabi Daud as dan memohon ampun kepada Allah SWT.

16. Allah mengembalikan kekuasaan Nabi SULAIMAN as atas kerajaannya. Setelah syaithan yang bernama Sakhr Al-Marid menguasai kerajaan Nabi Sulaiman as selama 40 hari. Karena kegigihan dan ketawakalannya, Allah akhirnya mengqabulkan doa Nabi.
(Shaad: 34)

17. Keluarnya Nabi YUNUS as dari perut ikan setelah berada selama 40 hari 40 malam di dalamnya. Allah telah memberikan hukuman secara tidak langsung kepada Nabi Yunus as dengan cara, ikan Nun menelannya.

18. Allah mengangkat Nabi ISA as ke langit, dan ditukarkanNya dengan Yudas.

19. Nabi Muhammad saw melaksanakan puasa sunnah ’Asyura’.

PERISTIWA LAINNYA YANG TERJADI PADA 10
MUHARRAM

1. Kiamat akan terjadi pada hari ’Asyura’.

2. Hari pembebasan Bani Israil yang telah sekian lama dikuasai Firaun.

3. Firaun mati tenggelam di Laut Merah.

4. Haman dan Qarun berikut seluruh hartanya ditelan bumi hidup-hidup karena kezaliman mereka.

5. Terbunuhnya cucu Nabi Muhammad saw, Husain bin Ali di bukit Karbala. Tepatnya tanggal 10 Muharram 61 H atau tanggal 10 Oktober 680 M, dalam pertempuran yang terjadi di Karbala, Iraq.
Pertempuran ini terjadi antara pasukan Bani Hasyim yang dipimpin oleh Husain bin Ali, didukung sekitar 70-an orang. Melawan pasukan Bani Umayah yang dipimpin oleh Ibnu Ziyad atas komando dari Yazid bin Muawiyah seorang khalifah Umayah.

6. Sebelum adanya perintah wajib berpuasa pada bulan Ramadhan,.umat Islam diwajibkan berpuasa pada tanggal 9 – 11 Muharram.
Namun setelah turunnya perintah puasa Ramadhan, maka puasa pada tanggal 10 Muharram menjadi sunnah.

Subhanallah...

Semoga kita termasuk umat yang dirindukan Rasulullah SAW yang selalu tetap istiqamah mengikuti dan mengamalkan Sunnah - Sunnah Beliau. Aamiin.

Puasa asyura


Mari Berpuasa Tasu'a & 'Asyura pada Rabu - Kamis Besok
-----
Puasa ‘Asyura

Secara umum dianjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram ini; baik di awalnya, pertengahannya, ataupun di akhirnya. Namun ada satu yang berpuasa padanya mendapat perhatian lebih dari syariat, yakni pada hari kesepuluhnya yang dikenal dengan yaum ‘Asyura. Berpuasa pada hari tersebut bisa menghapuskan dosa setahun yang lalu.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

"Puasa hari 'Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu." (HR. Muslim no. 1975)

Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu ‘Abbas, Ibnu Umar, dan Asiyah bahwa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam telah berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya.

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu pernah menceritakan tentang puasa Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam,

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

“Aku tidak penah melihat Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersemangat puasa pada suatu hari yang lebih beliau utamakan atas selainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan pada satu bulan ini, yakni bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sertakan Puasa Satu Hari Sebelumnya (Tasu’a)

Disunnahkan untuk menambah puasa Asyura dengan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal Sembilan Muharram yang dikenal dengan hari Tasu’a. Tujuannya, untuk menyelisihi kebiasaan puasanya ahlul Kitab.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, “Ketika Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’ Lalu beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam sudah wafat.” (HR. Muslim, no. 1916)

Imam al-Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berkata, “Disunnahkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh secara keseluruhan, karena Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam telah berpuasa pada hari ke sepuluh dan berniat puasa pada hari kesembilan.”

Pada tahun ini (1435 H), Tasu’a dan ‘Asyura jatuh pada hari Rabu – Kamis besok, (13-14 November 2013). Mari kita hidupkan sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini dan mengambil bonus istimewa dari Allah untuk menghapuskan dosa setahun yang telah lalu. Wallahu A’lam. [voa-islam]

Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang ADANYA TUHAN

Berikut adalah dalil-dalil tentang adanya wujud Tuhan yang diterangkan oleh Al-Qur'an secara logika, ALLah taala berfirman:

رَبُّنَا الَّذِىْۤ اَعْطٰـى كُلَّ شَىْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى
Yakni, Tuhan adalah Dia Yang telah menganugerahkan kepada tiap sesuatu penciptaan/kelahiran yang sesuai dengan keadaannya, kemudian menunjukinya jalan untuk mencapai kesempurnaannya yang diinginkan (20:50).

Kini jika memperhatikan makna ayat tersebut kita ialah, Alquran Suci telah menyatakan Allah Ta’ala sebagai sebab dasar dari segala sebab, sebagaimana Alquran Suci menyatakan:

وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ‏

Yakni seluruh rangkaian sebab dan akibat berakhir pada Tuhan engkau (53:42).
Rincian dalil ini ialah, berdasarkan penelaahan cermat akan diketahui bahwa seluruh alam semesta ini terjalin dalam rangkaian sebab dan akibat. Dan oleh karena itu, di dunia ini timbul berbagai macam ilmu. Sebab, karena tiada bagian ciptaan yang terlepas dari tatanan itu. Sebagian merupakan landasan bagi yang lain, dan sebagian lagi merupakan pengembangan-pengembangannya. Adalah jelas bahwa suatu sebab timbul karena zat-Nya sendiri, atau berlandaskan pada sebab yang lain. Kemudian sebab yang lain itu pun berlandaskan pada sebab yang lain lagi. Dan demikianlah seterusnya. Tidak benar bahwa di dalam dunia yang terbatas ini rangkaian sebab dan akibat tidak mempunyai kesudahan dan tiada berhingga, Maka terpaksa diakui bahwa rangkaian ini pasti berakhir pada suatu sebab terakhir.
Jadi, puncak terakhir semuanya itu ialah Tuhan. Perhatikanlah dengan seksama betapa ayat: “Wa anna ilaa rabbikal-muntahaa” itu dengan kata-katanya yang ringkas telah menjelaskan dalil tersebut di atas, yang artinya, puncak terakhir segala rangkaian ialah Tuhan engkau.
Kemudian satu dalil lagi mengenai adanya Tuhan ialah, sebagaimana firman-Nya

:
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِىْ لَهَاۤ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ‌ؕ وَكُلٌّ فِىْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ
Yakni, matahari tidak dapat mengejar bulan dan juga malam yang merupakan penampakkan bulan tidak dapat mendahului siang yang merupakan penampakkan matahari. Yakni, tidak ada satu pun di antara mereka yang keluar dari batas-batas yang ditetapkan bagi mereka (36:41).Jika di balik semua itu tidak ada Wujud Sang Perencana, niscaya segala rangkaian tersebut akan hancur. Dalil ini sangat bermanfaat bagi orang-orang yang gemar menelaah benda-benda langit, sebab benda-benda langit tersebut merupakan bola-bola raksasa yang tiada terhitung banyaknya, sehingga dengan sedikit saja terganggu maka seluruh dunia dapat hancur. Betapa ini merupakan suatu kekuasaan yang hakiki sehingga benda-benda langit itu tidak saling bertabrakkan dan kecepatannya tidak berubah seujung rambut pun, serta tidak aus walau telah sekian lama bekerja dan tidak terjadi perubahan sedikit pun. Sekiranya tidak ada Sang Penjaga, bagaimana mungkin jalinan kerja yang demikian besar ini dapat berjalan dengan sendirinya sepanjang masa. Dengan mengisyaratkan kepada hikmah-hikmah itulah, di tempat lain Allah Ta’ala berfirman

:
اَفِىْ اللّٰهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
 Yakni, dapatkah Wujud Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi demikian itu diragukan? (14:10)
Lalu sebuah dalil lagi tentang keberadaan-Nya, difirmankan:


كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ‌ ۚ‌ۖ‏  وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُوْ الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ‌ۚ‏Yakni, tiap sesuatu akan mengalami kepunahan dan yang kekal itu hanyalah Tuhan Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan (55:27,28).Kini perhatikanlah! Jika kita bayangkan dunia ini menjadi hancur-lebur dan benda-benda langit pun pecah berkeping-keping, serta bertiup angin yang melenyapkan seluruh jejak benda-benda itu, namun demikian akal mengakui serta menerima -- bahkan hati nurani menganggapnya mutlak -- bahwa sesudah segala kebinasaan itu terjadi, pasti ada sesuatu yang bertahan yang tidak mengalami kepunahan serta perubahan-perubahan dan tetap utuh seperti keadaannya semula. Jadi, itulah Tuhan yang telah menciptakan semua wujud fana (tidak kekal), sedangkan Dia sendiri terpelihara dari kepunahan
Kemudian satu dalil lagi berkenaan dengan keberadaan-Nya yang Dia kemukakan di dalam Alquran Suci adalah :


اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ‌ؕ قَالُوْا بَلٰى‌

Yakni, Aku berkata kepada setiap ruh: “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata, “Ya, sungguh benar!” (7:172).
Di dalam ayat ini Allah Ta’ala menerangkan dalam bentuk kisah, suatu ciri khas ruh yang telah ditanamkan-Nya di dalam fitrat mereka. Ciri khas itu ialah, pada fitratnya tiada satu ruh pun yang dapat mengingkari hanyalah karena mereka tidak menemukan apa pun di dalam pikiran mereka. Kendati mereka ingkar, mereka mengakui bahwa tiap-tiap kejadian pasti ada penyebabnya. Di dunia ini tidak ada orang yang begitu bodohnya, misalnya jika pada tubuhnya timbul suatu penyakit, dia tetap bersikeras menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada suatu sebab yang menimbulkan penyakit itu. Seandainya rangkaian dunia ini tidak terjalin oleh sebab dan akibat, maka tidaklah mungkin dapat membuat prakiraan bahwa pada tanggal sekian akan datang taufan atau badai; akan terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan; atau seseorang yang sakit akan wafat pada waktu tertentu; atau sampai pada waktu tertentu suatu penyakit akan muncul bersamaan dengan penyakit lain. Jadi, seorang peneliti, walaupun tidak mengakui Wujud Tuhan, namun dari satu segi dia telah mengakuinya. Yakni ia pun, seperti halnya kita, mencari-cari penyebab dari sebab akibat. Jadi, itu pun merupakan suatu bentuk pengakuan, walaupun bukan pengakuan yang sempurna.
Selain itu, apabila seseorang yang mengingkari Wujud Tuhan, dengan cara tertentu kesadarannya dihilangkan -- yaitu ia sama sekali dijauhkan dari segala keinginan rendah ini dan segala hasratnya dihilangkan, lalu diserahkan ke dalam kendali Wujud Yang Maha Tinggi -- maka dalam keadaan demikian ia akan mengakui Wujud Tuhan, tidak akan ingkar. Hal serupa itu telah dibuktikan melalui percobaan orang-orang yang berpengalaman luas.
Jadi, ke arah kondisi demikianlah isyarat yang terdapat di dalam ayat itu. Dan makna ayat itu adalah, pengingkaran Wujud Tuhan hanya terjadi sebatas kehidupan rendah saja. Sebab, fitrat yang asli dipenuhi oleh pengakuan itu.


Itulah beberapa dalil-dalil tentang Wujud Tuhan yang kami tuliskan sebagai contoh.



***Dikutip dari buku Buku Filsafat Ajaran Islam karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, halaman 66-69, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1993)
sumber

Kejujuran, Bukti Kebenaran Muhammad Rasulullah saw

Rasulullah saw memiliki tingkat derajat kekuatan rohani dan kesempurnaan batin serta akhlak yang sempurna (QS 68:4), sehingga tidak heran kalau beliau dijadikan sebagai teladan bagi umat manusia. (QS 33:21). Segala nilai akhlak tinggi berpadu pada pribadi beliau dalam suatu keseluruhan yang sempurna lagi serasi. Siti ‘Aisyah r.a., istri Rasulullah saw. yang sangat berbakat, ketika pada sekali peristiwa diminta menerangkan peri keadaan Rasulullah saw., bersabda, “Beliau memiliki segala keagungan akhlak yang disebut dalam Alquran sebagai ciri-ciri istimewa seorang abdi Allah yang sejati” (Bukhari)

Salah satu hal penting dari akhlak rasulullah saw adalah kejujuran. Kejujuran adalah satu barometer untuk menilai kebenaran risalah kenabian para utusan Allah. Yaitu sosok yang terkenal jujur yang mana para musuh para nabipun mengakuinya - maka tidak mungkin ia tiba-tiba membawa kebohongan yang mengatasnamakan Tuhan. Hal itulah yang disinggung di dalam Al-Qur’an berkaitan dengan Rasulullah saw: 

Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepada kalian. Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kalian beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya?" (QS 10:17).

Dengan kata lain Rasulullah saw hendak mengatakan Saya bukanlah orang yang berdusta dan mengada-ada. Lihatlah, saya selama 40 tahun sebelumnya tinggal di antara kalian. Apakah kalian telah membuktikan kedustaan saya atau saya sebagai orang yang mengada-ada? Jika tidak seharusnya kalian berpikir dan timbul pemahaman bahwa seorang yang sampai hari ini tidak pernah berdusta dalam corak apapun dan sekecil apapun, maka bagaimana mungkin tiba-tiba pada hari ini ia berdusta atas nama Tuhan?" 

Pengakuan akan Kejujuran Rasulullah saw 

Kejujuran Rasulullah saw sendiri telah diakui tidak saja oleh orang terdekat beliau tetapi oleh para musuh beliau sendiri. 

Kejujuran di Masa Muda 

Di masa muda, jauh sebelum pendakwaan beliau sebagai nabi, para pemuka Arab telah  mengakui kejujuran Rasulullah saw dan menyebutnya sebagai al-amin.  Hal itu dapat kita jumpai dalam peristiwa pemugaran Ka’bah, suku-suku berselisih tentang siapa yang paling berhak memindahkan Hajar Aswad, sampai akhirnya diambil kesimpulan bahwa siapa yang datang paling pertama kesokan harinya maka apapun keputusannya, itulah yang akan diterima. Keesokan harinya ternyata yang datang pertama kali adalah Nabi Muhammad saw. Maka mereka yang melihat Rasulullah saw yang datang pertama, mereka langsung mengatakan: – haa dzal amiin (ini adalah orang yang jujur), kita senang karena orangnya adalah Muhammad (saw.)". Tetapi dalam pelaksanaannya Nabi Muhammad  saw tidak egois melainkan beliau menyuruh untuk membawa sehelai kain, yang mana setiap pemuka suku masing-masing memegang setiap sudut kain dan mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama. (Assiratunnabawiyyah li ibni Hisyam isyaaratu abi umayyata bitahkiimi awwali daakhilin fakaana Rasulullah saw. ) 

Kesaksian Siti Khadijah r.a. 

Kemudian perhatikanlah akhlak Rasulullah saw di masa muda yang beliau jalani. Setelah  Khadijah r.a mendengar perihal kebenaran tutur kata, kejujuran dan keluhuran budi pekerti beliau (saw) maka beliau (r.a.) mempercayakan kepada Nabi Muhammad saw untuk berniaga dengan menyerahkan hartanya kepada beliau saw. Dalam perjalanan itu Maisarah, pembantu Siti Khadijah r.a., juga ikut bersama beliau saw. Pada saat kembalinya, Maisarah menceriterakan ihwal perjalanan beliau saw. Setelah mendengar kisah perjalanan itu Khadijah sangat terkesan dengan kisah perjalanan itu. Maka kemudian beliau menyuruh mengirim pinangan kepada Rasulullah saw. Beliau terkesan karena beliau (saw.) sangat memperhatikan ikatan tali kekerabatan, terpandang di masyarakat, seorang yang jujur dan memiliki budi pekerti yang luhur serta senantiasa berkata benar. (Assiratunnabawiyyah liibni Hisyam hlm. 149.) 

Kesaksian Istri 

Istri-istri merupakan pemegang rahasia baik buruknya perilaku suami, merekalah yang dapat memberikan kesaksian akan kondisi rumah tangga dan urusan-urusan sehari-hari; kesaksian mereka itulah yang bisa dipegang dan memiliki nilai bobot yang dapat dijadikan standar. Begitu juga yang tertera dalam sebuah riwayat Ummul mu'minin, Aisyah ra dalam meriwayatkan tentang turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw. Menyebutkan bahwa Rasulullah saw. Menumpahkan kerisauan beliau kepada Ummulmu'minin  Khadijah r.a. saat turunnya wahyu pertama. Maka seraya menghibur kepada beliau Khadijah r.a. berkata kepada beliau: "Tidaklah seperti apa yang Tuan Pikirkan. Selamat sejahtera atas Tuan. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakan Tuan. Tuan menyambung tali ikatan silaturrahmi dan senantiasa berkata benar dan berperilaku dan berbudi pekerti baik. (kitabutta'biir awwalu bab maa bada'a bihi Rasulullaah saw minal wahyi arru'ya shaalihah. ) 

Kesaksian Abu Bakar Shiddiq r.a. 

Kemudian perhatikanlah kesaksian sahabat beliau. Sahabat yang dari sejak kecil bermain bersama-sama, tumbuh remaja hingga dewasa, yakni Abu Bakar r.a.. Sahabat ini dalam setiap keadaan senantiasa membenarkan beliau dan hanya melihat dan mendengar beliau saw. sebagai seorang yang senantiasa menekankan akan kebenaran. Oleh karena itu di dalam benak beliau sama sekali tidak dapat terbayangkan bahwa Rasulullah dapat mengucapkan kata-kata dusta.

Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat bahwa Abu Bakar r.a ketika mendengar pendakwaan beliau sebagai nabi maka kendati berbagai penjelasan telah diberikan oleh Rasulullah saw., beliau r.a. tidak meminta argumentasi; sebab sepanjang hidup beliau r.a. inilah yang beliau saksikan bahwa beliau saw. senantiasa berkata jujur. Beliau hanya bertanya kepada Rasululah saw. bahwa apakah benar beliau saw. telah mendakwakan diri sebagai nabi? Maka Rasulullah ingin terlebih dulu memberikan penjelasan, tetapi dalam setiap kali ingin memberikan keterangan, inilah yang beliau tanyakan bahwa "Berilah jawaban kepada saya ya atau tidak". Atas jawaban ya yang Rasulullah saw berikan, beliau mengatakan: 

"Di hadapan saya terbentang seluruh kehidupan Tuan di masa lalu. Oleh karena itu bagaimana saya bisa dapat mengatakan bahwa seorang hamba Allah yang senantiasa berkata benar tiba-tiba menjadi orang yang berdusta kepada Tuhan?" (Dalaailunnubuwwah lil Baihaqi jilid 2 hlm. 164 darul kutub alilmiyyah Bairut)

Kesaksian Pihak Lawan 

Kejujuran Rasulullah saw diakui juga oleh musuh-musuh beliau sendiri, tetapi tidak seperti halnya Abu Bakar Siddiq yang menerima beliau dengan suatu pemikiran yang dilandasi hati yang bersih – yaitu seseorang yang selalu berkata benar maka tidak mungkin dia tiba-tiba berdusta untuk hal yang sangat besar yaitu berdusta atas nama Tuhan -  para musuh Rasulullah saw kendati di satu sisi mengakui kejujuran dan kelurusan Rasulullah saw tetapi mereka tidak bisa menangkap rahasia dibalik pengakuan kejujuran dari mereka tersebut.

Satu contohnya adalah ketika terjadi usaha stigmatisasi pada diri Nabi Muhammad saw. Para pemuka Quraisy berkumpul yang di dalamnya terdapat Abu Jahal dan musuh yang paling besar beliau Al-Akhdhar bin Haris. Salah seorang berkata bahwa hendaknya Rasulullah (saw) dianggap sebagai tukang sihir atau beliau dinyatakan sebagai seorang yang pendusta, maka Nadhar bin haris berdiri lalu berkata, 

"Hai kelompok Quraisy! Kalian terperangkap dalam suatu masalah yang untuk menghadapinya tidak ada cara yang kalian dapat tempuh. Muhammad (saw) di antara kalian adalah seorang pemuda yang kalian paling cintai, merupakan pemuda yang paling benar dalam ucapan. Di antara kalian merupakan orang yang paling jujur. Kini kalian telah melihat tanda-tanda umur di keningnya dan amanat yang dibawanya dan kalian mengatakan bahwa itu adalah sihir? Di dalam dirinya tidak ada bau-bau sihir. Kamipun telah melihat tukang tenung. Kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang theosopi (yang berbicara dengan jin/kahin), kamipun telah melihat theosopi (tukang jin/kahin). Dia sama sekali bukanlah ahli teosopi (kahin). Kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair. Dia sama sekali bukanlah seorang penyair. Kalian mengatakan bahwa dia adalah orang gila, tetapi di dalam dirinya sama sekali tidak ada tanda-tanda orang gila. Hai kelompok Quraisy, renungkanlah, kalian tengah berhadapan dengan suatu masalah yang besar". (Assiratunnabawiyyah li-ibni Hisyam hlm. 224. ) 

Kesaksian Abu Jahal 

Kemudian satu kesaksian lain yaitu kesaksian musuh beliau, Abu Jahal. Ali r.a meriwayatkan bahwa Abu Jahal berkata kepada Nabi saw, 

"Kami tidak mengatakan engkau dusta. Namun, kami menganggap dusta ajaran yang engkau bawa".
Apabila hati sudah tertutup, jika akal seseorang tidak bekerja lagi maka baru seperti itulah yang dia akan katakan. Oleh karena itulah Allah berfirman, "Cobalah gunakan sedikit akal kalian, apakah seorang yang benar dapat mengajarkan ajaran yang dusta? Orang yang benar tentu yang pertama dilakukannya adalah berdiri melawan ajaran yang tidak benar." 

Kesaksian Abu Sufyan 

Ibni Abbas r.a meriwayatkan bahwa Abu Sufyan bin Harb memberitahukan kepada beliau bahwa "Pada saat saya pergi ke Syam bersama kafilah para pedagang, Raja Romawi Heraklius memanggil kafilah kami supaya dia bisa menanyakan beberapa pertanyaan berkenaan dengan Rasulullah saw. Abu Sufyan memberikan keterangan mengenai pembicaraan beliau di istana Raja Roma kepada Heraklius bahwa "Dia (Heraklius) menanyakan kepada saya beberapa pertanyaan. Salah satu diantara pertanyaan itu adalah bahwa: Apakah sebelum pendakwaannya kalian telah menuduh dia berkata dusta? 

Sebagai jawaban kepadanya saya mengatakan bahwa kami tidak pernah menuduhnya berdusta. Maka Heraklius berkata bahwa ketika kamu memberikan jawaban dalam bentuk negative (kata tidak), maka saya dapat memahami dalam keadaan seperti itu tidak pernah terjadi bahwa seseorang yang tidak pernah berdusta kepada siapapun tetapi tetapi kepada Tuhan dia berdusta".

Heraklius bertanya, "maa dzaa ya'murukum - apa yang Muhammad perintahkan kepada kalian?" Abu Sofyan menjawab, "Dia memerintahkan kepada kami, sembahlah Allah yang merupakan sembahan yang benar dan Tuhan Yang Esa dan janganlah menyekutukan-Nya dengan apapun dan tinggalkanlah apa yang nenek-moyang kalian katakan. Dan dia memerintahkan kepada kami untuk melakukan shalat, senantiasa berkata benar, menjadi orang yang suci bersih dan memperhatikan ikatan tali silaturrahmi". Maka selanjutnya Heraklius mengatakan bahwa "Apa yang engkau katakan jika itu benar maka tidak lama lagi dialah yang akan menjadi pemilik dimana tempat kaki saya berpijak sekarang ini". (Bukhari kitab badul wahyi nomor 7. ) 

Kehebatan Ru'ub (Kharisma) Rasulullah saw. 

Kendati tidak beriman, terdapat pengaruh wibawa kebenaran beliau saw, yang menggetarkan hati para penentang. Dan mereka senantiasa dalam keresahan bahwa seandainya perkataan dan ajaran yang dibawa oleh Muhammad (saw) benar maka apa yang akan terjadi dengan mereka. 

Berkenaan dengan ini terdapat sebuah riwayat dimana pada suatu kali orang-orang Quraisy mengirimkan Utbah seorang pemuka Quraisy sebagai delegasi Quraisy untuk menghadap Rasulullah saw.. Dia berkata, 

"Kenapa engkau mencela sembahan kami, dan mengapa mengatakan nenek moyang kami sesat? Apapun keinginan Anda akan kami penuhi dengan syarat berhentilah engkau dari hal-hal tersebut". Rasulullah saw. mendengarkan semua perkataannya dengan tenang dan sabar. Ketika dia telah mengatakan semuanya, maka Rasulullah saw. membaca beberapa ayat surah -- Haa miim Fushshilat. Ketika beliau sampai kepada ayat bahwa "Aku memperingatkan kalian dengan azab kaum 'Ad dan kaum Tsamud", maka Utbah mencegah beliau, supaya berhenti dan dengan rasa ketakutan dia segera bangkit dan pergi. 

Sesampainya kepada orang Quraisy ia berkata, “Apakah kalian mengetahui bahwa Muhammad saw. apabila dia mengatakan sesuatu maka dia tidak pernah berdusta. Saya khawatir jangan-jangan akan turun azab kepada kalian yang dia peringatkan kepada kalian.” Semua para pemuka itu setelah mendengar ini menjadi terdiam. (Assiratul halbiyyah dari Allamah Burhanuddin jilid I hlm. 303 cetakan Bairut. ) 

Kesaksian Para Pemuka Qurays 

Kemudian kesaksian akan kebenaran beliau tidak hanya keluar dari orang perorag saja bahkan semua kaum memberikan kesaksian akan kebenaran ucapan beliau. Ketika perintah wa andzir ‘asyiira takalaqrabiin–" Dan berilah kepada kerabat-kerabat engkau yang terdekat, apa yang Allah telah turunkan kepada engkau". Maka Rasulullah saw. naik ke bukit Safa dan dengan suara lantang beliau memanggil nama-nama semua kabilah Quraisy. Ketika semua orang berkumpul maka beliau bersabda bahwa, 

"Hai Quraisy! Jika saya memberitahukan kepada kalian bahwa di belakang gunung itu ada lasykar yang bersembunyi yang tidak lama lagi akan melakukan penyerangan terhadap kalian, apakah kalian akan meyakini kata-kata saya?"

Padahal ketinggian bukit tersebut tidak dapat memungkin untuk dijadikan sebagai tempat persembunyian, tetapi oleh sebab mereka mengetahui bahwa Muhammad (saw) tidak pernah berdusta, semua dengan suara bulat mengatakan ya, kami pasti akan mempercayainya, sebab kami senantiasa mendapatkan engkau sebagai orang yang selalu berkata benar.

Maka beliau saw kemudian bersabda lagi, "Kalau begitu dengarlah, saya memberitahukan kepada kalian bahwa lasykar azab Tuhan telah sampai kepada kalian, berimanlah kepada Tuhan dan hindarilah diri kalian dari azab Ilahi". (Sirat Khatamunnabiyyin Pengarang Hadhrat Mirza Basyir Ahmad MA hlm. 128. ) 

Kali ini setelah mendengar kata-kata ini orang-orang Quraisy meninggalkan tempat itu dan mereka mulai mengolok-olok dan mentertawakan ajaran beliau. Tetapi satu hal yang pasti mereka sama sekali tidak mengatakan bahwa beliau pendusta. Jika ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka maka itu adalah bahwa beliau senantiasa berkata benar dan sungguh beliau senantiasa berkata benar. Standar dan mutu kebenaran beliau sedemikian tinggi, jelas dan terang sehinga tidak mungkin timbul masalah bahwa ada yang bisa menuduh beliau berdusta, kendati secara isyarah sekalipun. 

Setelah membaca sebagian dari kesaksian-kesaksian diatas siapa yang bisa mengatakan bahwa beliau bukanlah seorang yang berkata benar dan bukan seorang Nabi Allah. Tidak ada yang dapat mengatakan hal seperti itu ini, kecuali yang hati, telinga, dan matanya telah dicap dan telah ditutupi tirai, tidak ada lagi yang dapat mengatakan hal seperti itu. Dan Rasulullah saw. sendirilah yang menzahirkan kebenaran dan kejujuran itu dan tidak hanya menyebarkan bahkan di dalam hati orang yang mengimani beliaupun beliau ciptakan di dalam hati mereka pun beliau penuhi dengan sepenuh-penuhnya. 

Dan dengan mengatakan kebenaran dan dengan mengimani kebenaran itulah banyak sekali orang-orang di masa-masa awal siap untuk menemui ajalnya. Tetapi mereka mengatakan yang benar itu benar. Sebagaimana saya telah katakan bahwa suatu ajaran yang tinggi dan untuk memeriksa karakter orang yang membawanya sangat perlu melihat juga standar kebenaran dalam kehidupan orang itu. Dan standar ini yang paling besar kita dapat lihat adalah di dalam kehidupan Rasulullah saw..

Standar kebenaran beliau di masa kanak-kanak dan ketika telah dewasa sangat tinggi sekali, yang mengenainya kita telah melihat kesaksiannya dalam berbagai kesempatan. Musuhpun kendati tidak yakin terhadap ajaran beliau dan tidak yakin kepada Tuhan namun setelah mendengar peringatan dari pihak beliau, setelah mendengar sesuatu yang memperingatkan maka mereka menjadi ketakutan. Semoga kejujuran itu juga menjadi standar kita dalam semua bidang kehidupan. Aamiin. 

Sumber: Khutbah Jumat Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifah Islam dan Pemimpin  Jemaat Ahmadiyah seluruh dunia.  Tanggal 2 Muharram 1426 H di Masjid Baitul-Futuh, Morden, London, Inggris 
Terjemah Mln. Komaruddin Syahid 
Disadur oleh: Jusman

Tingkat Keyakinan dan Kepastian Kepada Tuhan

Para utusan Tuhan telah menegaskan keyakinan mereka kepada Tuhan. Begitu juga dengan orang-orang suci. Orang-orang beriman awam pun tampaknya juga cukup yakin tentang kayakinan mereka. Disisi lain dari kalangan agnostik mereka mengakui dengan terus terang bahwa mereka tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, sementara orang-orang ateis sama sekali menyangkal keberadaan Tuhan. Jadi ada semua spektrum dari orang-orang yang mewakili berbagai tingkat iman dan kepastian mengenai eksistensi Tuhan. Relevansi masalah kepastian yang berkaitan dengan Tuhan ini adalah pada kenyataan bahwa tingkat kepastian tersebut berpengaruh besar, baik terhadap standar ibadah kita maupun perilaku kita dalam cara yang sangat mendalam.

Kepastian mengenai entitas apapun, baik itu wujud Tuhan maupun keberadaan suatu benda, dimulai dari tingkat deduksi logis. Tingkat berikutnya adalah persepsi langsung. Selanjutnya tingkat yang lebih jauh yaitu tingkat keterlibatan personal secara komplit.

Ilmul-Yaqiin

Pikiran manusia dibekali dengan fakultas (kemampuan) untuk menarik kesimpulan logis dengan menerapkan rasionalitas terhadap informasi yang tersedia dan fakta yang pasti. Dengan kemampuan ini, pikiran manusia dapat menarik kesimpulan yang logis yang dapat diterima. Sebuah peribahasa umum yang berbunyi 'dimana ada asap disana ada api', merangkum semua pemikiran ini. Pengetahuan tentang eksistensi, bentuk dan sifat dari api yang sudah ada dalam diri seseorang, akan menjadikannya mampu untuk menyimpulkan bahwa adanya api tersebut karena telah melihat ciri atau tandanya - asap adalah salah satunya. Kesaksian adanya asap akan mengarahkan setiap pikiran rasional untuk menyimpulkan adanya api, karena pengetahuan umum; 'dimana ada asap disitu ada api'. Mereka yang yang mengetahui api menghasilkan asap akan membuat kesimpulan akan adanya api ketika ia melihat asap. Oleh karena itu prasyarat untuk tingkat kepastian ini adalah 'ilmu/pengetahuan'. Istilah Bahasa Arab untuk 'ilmu' adalah 'ilm dan Bahasa Arab untuk 'kepastian' adalah 'yaqiin'. Dengan demikian istilah Arab yang digunakan oleh Al-Qur'an untuk kepastian yang berdasarkan pengetahuan adalah 'ilmul-yaqiin.

Kita baca dalam Al-Qur'an "Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.(102:5). Pada tingkat ilmul-yaqiin, orang beriman dan para pencari Tuhan yakin kepada Tuhan bukan karena merasakan langsung wujud-Nya, namun berdasarkan deduksi dari fakta-fakta yang terletak dalam batas-batas pengetahuannya. Pada dasarnya ia percaya pada hal ghaib yang dalam istilahnya adalah 'imaan bil Ghaib, yang berarti 'percaya pada yang ghaib'. Meskipun para pencari Tuhan belum merasakan keberadaan Tuhan; gambaran Tuhan dalam hatinya yang membuatnya gelisah, banyaknya kesaksian yang meyakinkan tentangke beradaan Tuhan yang diberikan oleh banyak orang yang jujur dan suci, keberadaan dan kesempurnaan tertib alam semesta, penerimaan doa-doanya di saat-saat kesusahan dan transfer ilmu yang bersifat ghaib dari sumber Yang Maha Ghaib kepada manusia seperti dirinya, membawanya kepada kesimpulan akan keberadaan Tuhan. Ia memang belum melihat api itu sendiri, tetapi setelah menyaksikan asap, ia berkesimpulan bahwa api memang harus ada.

'Ainul-Yaqiin

Dari peribahasa umum 'dimana ada asap disitu ada api', tingkat pengetahuan yang lebih tinggi akan keberadaan api akan semakin dimengerti dengan cara pengamatan langsung. Pada tingkat kepastian ini dilakukan dengan persepsi langsung bukan dengan deduksi logis. Setelah seseorang telah benar-benar melihat nyala api, ia sudah tidak lagi bergantung pada penyimpulan keberadaan api dari asap yang dihasilkan. Dia sekarang telah melihat api secara langsung. Asap mungkin masih ada, tetapi tidak lagi digunakan sebagai bukti dari keberadaan api. Istilah bahasa Arab untuk 'melihat' adalah 'ain, karenanya Bahasa Arab untuk 'kepastian berdasarkan pengataman/kesaksian' adalah 'ainul-yaqiin.

Kita baca dalam Al-Qur'an "..Kemudian kamu pasti akan melihatnya dengan mata yakin." (102: 8) Ayat ini menarik perhatian kita pada fakta bahwa pada tingkat ainul-yaqiin, seorang beriman yakin kepada Tuhan dengan cara apa yang secara kiasan disebut dengan 'melihat secara langsung' (direct perception)" penampakan Tuhan. Bagi manusia, yang indera fisiknya hanya menanggapi stimulus materi, menyaksikan penampakan Tuhan jelas bukan dalam arti pertemuan fisik dengan wujud Tuhan. Menyaksikan Penampakan Tuhan hanya dapat berarti menjadi saksi akan manifestasi Keilahian-Nya yang nampak dengan jelas. Masifestasi tersebut meliputi penerimaan ajaib dari doa-doanya dan 'penyatuan ilahiah'. Doa-doa orang beriman mulai menemukan pengabulan yang berlimpah. Ketika ia berdoa untuk sesuatu, ia menemukan limpahan karunia Ilahi mengarah pada doanya. Ia juga mulai mendapatkan mimpi yang benar, mimpi yang benar-benar tergenapi, serta kasyaf-kasyaf (visions) dan wahyu dengan kata-kata langsung dalam keadaan terjaga. Ketika perjumpaan tersebut menjadi sering dan berkali-kali, jiwa manusia kemudian secara kiasan telah menjadi 'wajah spiritual Tuhan'. Oleh karena itu pada tingkat kepastian ini, orang beriman tidak lagi bergantung pada kesimpulan logis mengenai keberadaan Tuhan. Pada tingkat ini, seolah-olah ia telah melihat sendiri Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Meskipun keadaan 'iman bil ghaib' terus berlaku, orang beriman menjadi lebih dekat lagi dengan dunia ghaib daripada ketika ia berada pada tingkatilmul-yakiin.

Kembali pada analogi nyala api, kita dapat memahami bahwa pada tingkat ilmu-yaqiin para pencari akhirnya melihat api. Logika dari peribahasa 'dimana ada asap ada api' pada tingkat ini sedikit berelevansi dengan aksioma. Para pencari Tuhan pada titik ini, dalam arti kiasan telah melihat Tuhan.

Haqqul-Yaqiin 

Melanjutkan analogi perjalanan manusia menuju nyala api, dan kepastiannya yang meningkat secara bertahap tentang keberadaan api; sekarang kita melanjutkan untuk membahas tingkat kepastian tertinggi yang manusia bisa capai, baik itu berkaitan dengan nyala api dari skenariao yang sedang dibahas maupun tentang keberadaan Wujud Tuhan. Ketika seseorang yang mencari api telah menyaksikan api, ia telah mencapai tingkat persepsi yang melibatkan salah satu dari lima inderanya, dalam hal ini penglihatan. Dengan demikian tingkat pengetahuan yang lebih tinggi secara logis akan melibatkan persepsi melalui semua inderanya. Ini bukan berarti bahwa pencari api harus membakar dirinya menjadi abu untuk mencapai tingkat pengetahuan ini, tetapi untuk menunjukkan bahwa pada tingkat pengetahuan yang paling tinggi memang akan mengerahkan semua panca indera. 

Mari kita asumsikan bahwa sosok protagonis kita yang terus berjalan ke arah api, yang mana ia telah menyaksikan sendiri dengan matanya, dan pada akhirnya ia memasukkan dirinya sendiri ke dalam nyala api tersebut. Pada titik ini ia telah merasakan sifat dari api dengan sarana tidak hanya oleh satu melainkan semua akal sehatnya. Menerapkan analogi ini kepada para pencari Tuhan, kita dapat menjelaskannya bahwa ketika para pencari mempersepsikan Sifat-Sifat Allah, melalui keterlibatan maksimal akal sehatnya, baik jasmani maupun rohani, saat itulah ia telah mencapai tingkat kepastian tertinggi mengenai Tuhan. Hal ini kemudian dapat dikatakan bahwa ia telah mencapai tingkat Haqqul Yaqiin. Bahasa Arab untuk "kebenaran mutlak" (absolute truth) adalah Haqq. sedangkan bahwa Arab untuk kepastian seperti yang telah kita bahas adalah Yaqiin. Oleh karena itu istilah Haqqul Yaqiin menunjukkan tingkat kepastian yang sempurna tentang Tuhan.

Kita baca dalam Al-Qur'an, "..Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. (56:95) Pada tahap ini orang beriman yakin kepada Tuhan karena ia telah merasakan sifat-sifat Tuhan secara lebih lengkap, seolah-olah semua cara persepsi yang tersedia baginya telah sampai pada hubungan langsung dengan Keindahan dan Kemuliaan Tuhan. Pada tahap ini orang beriman telah diberkati dengan limpahan yang lebih besar berupa wahyu Ilahi. Pada tahap ini, doa sang pencari Tuhan begitu derasnya diterima dan dijawab, dimana setiap doa menjadi sebuah keajaiban dalam dirinya sendiri.  Nabi Allah dan orang-orang suci berada dalam wilayah kepastian agung ini. Ini adalah tingkat tertinggi dari iman dan kepastian.

Tema ini telah dibahas secara menarik dan mendalam secara rinci oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dalam risalah bersejarahnya "Haqeeqatul Wahy" dimana beliau menulis:

"...Allah, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, telah menanamkan di dalam jiwa manusia kehausan untuk mengenal Allah. Demikian pula, Dia telah memberkati sifat manusia dengan dua fakultas yang memungkinkan manusia mencapai pencerahan yang sempurna - yaitu kemampuan intelektual yang letaknya di dalam otak dan kemampuan spiritual yang bersemayam dalam hati. Kemampuan-kemampuan spiritual berfokus pada pemurnian hati. Kemampuan-kemampuan spiritual cenderung untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang mana hal itu tidak bisa sepenuhnya diakses oleh fakultas intelektual manusia.." 1
sumber 

Inneke Koesherawati: Kecantikan tak hanya dari fisik

Banyak kalangan telah melirik ajang World Muslimah disamping kontroversi penyelenggaraan Miss World di Indonesia. Tak seperti Miss World yang banyak mendapatkan kecaman dan tudingan, ajang bagi wanita berhijab tersebut malah berjalan mulus.
Salah satu dewan juri, Inneke Koesherawati mengaku bahwa layaknya seorang wanita tak hanya dinilai dari kecantikan fisik dan kepandaiannya semata. Akhlak terpuji juga harus menjadi nilai tersendiri.
"Ada baiknya lah ya kontes ini. Orang bisa membedakan yang mana kontes yang bagus dan cantik yang sesungguhnya," kata Inneke di Balai Sudirman, Jakarta Selatan (18/9) malam.
Kabar Terbaru Inneke Koesherawati:
Kecantikan dari dalam menurut Inneke lah yang memiliki peran penting dalam kehidupan seorang wanita. Apalagi ketika dirinya nanti menjadi ibu rumah tangga dan mendidik anak-anak berkualitas.
"Karena kalau mengandalkan kecantikan, tentu orang akan keriput, semakin tua. Tapi kalau kecantikan dari dalam, kecantikan hati, iman, sholehah, itu akan hidup selamanya," tukasnya.
Dan menjadi juri untuk yang ketiga kalinya di ajang World Muslimah, Inneke mengaku sangat terharu.
"3 kali jadi juri. Ini paling mengharukan, ajang yang kesatu dan kedua orang Indonesia aja yang ikut. Ketiga ini diikuti beberapa negara lainnya. Dan ternyata salah satu wakil dari Nigeria yang menang," tuturnya.
"Semoga Indonesia bisa menjadi kiblat buat busana muslim dunia. Mudah-mudahan bisa menarik muslimah lain untuk mengikuti ajang ini untuk tunjukkan muslimah baik," tandas Inneke.

Jilbab Segiempat yang Memikat

Sudah pernah mencoba mengganti gaya jilbab segi empat Anda? Tutorial berikut ini akan membantu Anda mengganti gaya berkerudung Anda agar tidak tampak membosankan. Simak langkah-langkahnya.

1. Biarkan jilbab segi empat Anda tetap berbentuk demikian. Buat sisi sebelah kiri jilbab segi empat Anda lebih panjang daripada sisi sebelah kanan.
2. Satukan kedua sisinya ke bawah dagu Anda. Seperti cara kerudung Anda biasanya, pakai peniti untuk mengaitkannya. Tarik sisi yang panjang ke sisi yang berlawanan.
3. Tarik hingga atas kepala. Kemudian, sematkan ujung jilbab paris yang panjang tadi dengan jarum pentul agar terlihat rapi.
4. Tarik ujung bagian bawah jilbab segi empat Anda hingga ke atas kepala. Rapikan sisi-sisinya agar tidak terlihat berantakan.
5. Sematkan bros pada ujung jilbab yang baru saja Anda sematkan ke atas kepala. Letakkan ujung jilbab segi empat dengan ujung yang sudah tersematkan sebelumnya.
6. Kini jilbab segi empat Anda telah menambah keanggunan penampilan Anda. Tunggu apa lagi?

Selamat mencob
a!


Pasha "Ungu": Saya dan Uje Tanpa Batas


Mengenang almarhum Ustaz Jeffry Al Buchori (40) alias Uje, vokalis grup Ungu, Pasha (33), mengungkapkan bahwa ia dan Uje tanpa batas jika mengobrol.
Maksud Pasha, Uje bisa menjadi siapa saja bagi Pasha ketika mengobrol dengannya. "Antara saya dengan Uje tidak ada batas dari sisi obrolan. Dia bisa menjadi teman curhat, bisa menjadi apa saja yang teman butuhkan," ucap pemilik nama asli Sigit Purnomo Syamsuddin Said ini, yang hadir dalam pemakaman jenazah Uje di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat, Jumat siang.
Pasha mengaku, dengan Uje beberapa kali ia ambil bagian dalam kegiatan yang sama. "Beberapa kali kami pernah bersama ya. Ya, betul, salah satunya di acara menembak di Kopassus di Cijantung (Jakarta Timur)," cerita ayah empat anak ini.
Pasha mengaku kaget ketika menerima kabar melalui BM (broadcast messages) tentang kepergian Uje untuk selamanya pada Jumat (26/4/2013) dini hari karena kecelakaan tunggal sepeda motor gede yang dikendarai oleh Uje di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.  "Waktu saya bangun setengah enam (05.30 WIB), saya baca broadcast, saya super kaget. Apalagi setelah saya baca beritanya karena kecelakaan, saya pikir tadi sakit atau apa," kisahnya.

Rhoma Irama: Uje Ingin Satukan Umat yang Terkotak-kotak


Penyanyi dan pencipta lagu dangdut kawakan Rhoma Irama memiliki kenangan bersama almarhum Ustaz Jeffry Al Buchori atau Uje. Kenangan itu disampaikan oleh Rhoma dalam tausyiah dalam rangka memperingati tujuh hari Uje meninggal dunia.
Rhoma menuturkan, suatu ketika ia dan Uje berbincang mengenai umat yang mulai terkotak-kotak. "Ya, kami pernah satu pesawat dalam suatu perjalanan. Kami banyak ngobrol-ngobroltentang kondisi umat yang sekarang ini terkotak-kotak," cerita Rhoma dalam wawancara usai memberi tausyiah di kediaman Uje, Perumahan Bukit Mas Narmada 3 Blok i No 11, Rempoa, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (2/5/2013) malam.
Cerita Rhoma lagi, setelah diskusi itu Uje mengatakan keinginannya untuk menyatukan umat melalui dakwahnya. "Beliau concern untuk menyatukan umat yang terkotak-kotak sebagaimana diperintahkan Allah SWT," ucap Rhoma.
Rhoma juga menilai Uje begitu cair dan pandai bergaul, sehingga, tak mengherankan, pada peringatan tujuh hari kepergiannya, publik bersemangat mengikuti "Doa Bersama untuk Uje" itu.
"Beliau juga sangat cair, mudah bergaul, suka bercanda, asyik orangnya. Ya, ini (dihadiri ribuan orang dari komunitas pengajian) fenomenal sekali. Ini bukti bahwa beliau sangat dicintai masyarakat, diidolakan masyarakat, jadi dambaan masyarakat. Semoga hal ini baik untuk beliau di akhirat," ucap Rhoma lagi.
"Tadi saya sampaikan doa supaya beliau amal ibadahnya diterima Allah SWT, diterima iman Islamnya," tutup Rhoma.

Pipik Dian Irawati Siap Jalani Iddah


Setelah resmi menyandang status janda istri almarhum Ustadz Jefry Al Buchori atau kerap yang disapa Uje, Pipik Dian Irawati harus menjalani Iddah selama 4 bulan 10 hari. Selama menjalani masa Iddah, Pipik tak mau keluar rumah.
"Saya tidak boleh keluar rumah, tidak boleh dandan dan tidak boleh memakai baju yang mencolok," kata Pipik, saat ditemui di kediamannya di Bukit Mas, Rempoa, Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (29/4/2013) malam.

Bahkan, Pipik siap menjalani kewajiban tersebut.

"Itu sudah kewajiban, memang dalam Islam itu suatu kewajiban. Dilaksanakan selama 4 bulan 10 hari," tegas Pipik.

Seperti Anda ketahui, Uje meninggal pada Jumat (26/4/13) lalu akibat kecelakaan tunggal saat hendak pulang ke rumahnya di daerah kemang.[lp/nty]

Opick Ajak Anak Uje Berduet


Kepergian sang ayah yang dicintai tentu masih menyisakan kesedihan bagi Adiba Khanza Az-Zahra, anak sulung pasangan (alm) Ustaz Jeffry Al Buchori dan Pipik. 

Toh, hidup harus terus berlanjut. Tak mau larut dalam duka, Adiba pun mulai kembali beraktivitas. Oleh penyanyi Aunur Rofiq Lil Firdaus atau yang dikenal dengan Opick, Adiba diajak menunjukkan kemampuan bernyanyi di hadapan peserta acara Forum Komunikasi Generasi Muda Boolang Mongondow (FKGMBM), di Kalibata City, Jumat (9/5/2013). Hadir dalam kesempatan tersebut  Bupati Bolaang Sehan Landjar dan H Salihi Mokodongan, Bapak Bupati Induk. 

"Iya, ini pertama kali Adiba nyanyi sama Uwak (Opick). Deg-degan, seneng. Diajak juga sih sama Uwak," kata Adiba. 

Opick yang juga sahabat mendiang Uje yakin dengan kemampuan Adiba. Bahkan ada satu lagu yang telah dipersiapkan olehnya khusus untuk Adiba. "Saya kenal dengan bapaknya, kebetulan saya bikin lagu Umi, yang nyanyi nanti harus Dibah," sambung pelantun 'Tombo Ati' tersebut. 

Opick juga yakin dengan acara seperti itu bisa mengasah kemampuan Adiba dalam menyampaikan dakwah dalam nada. "Dengan kegiatan ini Adiba bisa matang di panggung musik Tanah Air," tegas Opick. 
sumber

Kisah Istri Uje (Ustad Jefri)


Mulai dari Kemoceng, Firasat, hingga Bukan Wanita Baik-baik

Berikut ini adalah penuturan Pipik saat tahlilan malam kedua yang disiarkan Metro TV di program Just Alvin, Sabtu (27/4/2013) malam.

"Uje buat saya, beliau selain suami, beliau guru buat saya. Saya bangga luar biasa. Saya selalu ingat kata-kata beliau, yang selalu mengajarkan saya dan anak saya. Ke anak saya beliau selalu bilang, Abi tidak akan pernah memaksa kalian harus seperti Abi. Kalian sudah bermanfaat untuk orang lain saja, Abi sudah senang.

Mau kalian jadi apapun kalian harus beriman, jangan tinggalin salat. Selalu setiap kali bertemu siapapun, baik itu pemulung, kalian harus mendoakan dia. Itu yang selalu diterapkan kepada anak-anak.

Dan beliau mencontohkan hal-hal yang luar biasa. Seperti di lampu merah, ada penjual apapun, beliau selalu beli. Sampai anak-anak (bertanya), Abi buat apa beli kemoceng. Udah beli saja yang penting bermanfaat. Yang terpenting mereka pulang bawa rezeki buat istri dan anak-anaknya. Itu yang selalu dicontohkan kepada anak-anak.

Maaf, terus ada peminta-minta dia selalu bilang ke anak-anak, ayo siapa yang mau ngasih, ayo siapa yang punya uang. Lalu anak-anak saling berebutan mencari di kantongnya masing-masing.

Dan beliau juga selalu menasehati saya, kamu harus jadi wanita yang kuat. Karena kamu adalah ibunya muslimat-muslimat semuanya.

Kamu harus bisa mendidik anak-anak, karena lima menit kedepan kita gak pernah tau skenario Allah untuk kita, lima menit ke depan, abi gak pernah tau apa yang akan terjadi pada diri abi. Jadi kamu harus kuat, kamu harus siap.

Dan Allah membuktikan itu. Lima menit gak pernah tau, takdir baik seperti ini. Dan saya bangga luar biasa.

Beliau juga mengajarkan saya, jika kita dicaci maki, kita dizolimi, kita jangan pernah membalasnya dengan caci makian. Doakan mereka. Itulah sesungguhnya kemuliaan.

Saya, juga berterimakasih kepada semua masyarakat dimanapun. Saya yakin beliau sekarang sudah bertemu dengan Rasulullah Alaihi wassalam, yang menjadi kebanggan beliau.

Setiap mau tidur, saya tidak pernah tidak mendengar dari mulut beliau bersenandung, bershalawat. Tidak pernah tidak dengar. Sampai belakangan ini juga selalu begitu.

(Pipik terisak. Dia terdiam sesaat....)

Sewaktu saya melihat dan menyaksikan sendiri, begitu banyak antusiasme masyarakat yang ingin memegang keranda, menggendong dan ingin mensolatkan, ingin mengantar ke pemakaman. Di dalam mobil jenasah saya peluk keranda, saya ngobrol. Dan saya yakin suami saya mendengarkan saya. Saya bilang, Abi, Umi bangga punya suami seperti Abi. Abi bangga, Allah kirimkan manusia seperti Abi.

Karena saya sama beliau dari nol. Karena saya juga bukan... bukan...bukan... Saya juga bukan wanita, bukan wanita yang baik-baik...kita berdua mengarungi perjalanan yang luar biasa. Kita berdua susah senang. Ini adalah ujian yang harus saya nikmati berdua.

Saya bilang, Abi bisa lihat ribuan masyarakat mengagumi Abi. Abi bangga...Abi bangga. Umi janji, Umi akan mendidik anak-anak, membesarkan anak-anak. Sehingga Abi bangga sama mereka. Mereka akan menjadi besar seperti Abi. Saya bicara seperti itu.

"Umi bangga punya suami seperti Abi. Abi bangga, Allah kirimkan manusia seperti Abi" [foto @PipiknaUJE]

Ya Allah,
Saya ingat satu, saya ingat terakhir kemarin. Saya gak menganggap ini firasat. Tapi saat siang, saya tidur sama beliau, beliau pegang tangan saya. Terus beliau bilang, Umi belajar dong, mandiin jenasah. saya bilang gak ah, takut.

Gak apa-apa, kita coba yuk, Dikaffa-nin. Siapa yang jadi modelnya Bi, saya bilang begitu. Terus dia bilang, Abi saja yang jadi modelnya. Ya sudah kita berdua saja yang jadi modelnya. Saya bercandain begitu. Atau Umi yang jadi Malaikatnya deh, terus umi tanya, "Man Robbuka". Saya masih becandain seperti itu. Dan beliau ketawa..

Beliau..beliau..ngajak saya baca "Subhanal Malikil Quddus", yang selalu beliau baca sebelum memulai ceramah. Ayo, Mi, kita baca bareng-bareng. Terus saya bilang, Abi, kok saya baca "Subhanal Malikil Quddus" suka terbalik-balik yah. Lalu beliau tuntun saya.

Dan saya ingat kata-kata terakhir beliau di sini, di meja makan. Beliau bilang, kalau Abi masuk surga, terus Abi melihat gak ada orang tua Abi di situ, Abi akan tanya sama Allah, ya Allah, saya tidak mau masuk surga karena tidak ada orang tua saya. Saya mau keluar mencari orangtua saya.

Lalu dia bertanya kalau Abi masuk surga, gak ada anak-anak Abi, Abi akan bilang sama Allah. Ya Allah saya masuk surga tapi kamu meninggalkan anak-anak saya.

Kalau Abi masuk surga, Abi gak melihat ada Umi, Abi akan keluar, ya Allah kenapa gak ada istri saya. Jadi, buat saya beliau lebih mengutamakan orang lain terlebih dahulu.

Salamun khairotim muttaqin, semoga kita semua penghuni kuburnya dan surganya bisa berkumpul bersama di sana.

(Menangis tersedu. Sesaat kemudian...)

Terimakasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

sumber