Allah Akan Catat Setiap Kebaikan Anda



 sumber

”Setiap ma`ruf (kebaikan) adalah shadaqah, dan orang yang menunjukkan jalan kepada kebaikan (akan mendapat pahala) seperti pelakunya.” (HR. Bukhari Muslim)

“Barangsiapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. ” (HR Muslim)

Jadikan Diri Kita Agen Pembawa Rahmat & Kebaikan

Ayolah kita jadikan diri kita sebagai agen pembawa rahmat dan berkah kepada yang lain sekecil apapun kebaikan dan ketaatan itu. Karena meraih pahala, kebaikan dan taat itu ada di setiap penjuru, ada di setiap sudut dan ada di mana-mana meskipun hanya di FB.

Memberi kebaikan di FB dengan niat ibadah, dan Ikhlas Insya Allah menuai pahala besar sekali dan Insya Allah akan terus mengalir selama yang mengerjakan ketaatan.

Jangan BUANG WAKTU TIDAK BERGUNA di FB

Gunakan di FB dengan niat mencari ILMU, menyebarkan dakwah…dsb, pasti meski di anggap kecil, tangan anda LOG IN ke FB sudah berpahala., biaya pulsa yang Ada beli Allah akan ganti, HP atau BB yang Anda beli dengan niat Ibadah akan Allah ganti dengan yang lebih baik.

Tapi Ingat…Jika Sebaliknya...

Tapi jangan lupa ada peringatan keras dari Nabi Saw di hadist ke-2 di atas, bahwa orang yang mencontohkan, atau memberi keburukan,pasti dosa-dosa yang mengikutinya akan ditanggung oleh pribadinya sendiri.
Meskipun hanya di FB, meski kebaikan ada di mana-mana, keburukan dan dosa pun ada di mana-mana.
Ada yang memberi komen buruk, bahkan menyinggung perasaan orang lain, kemudian di contoh oleh yang lainnya dengan komen buruk pula...Apa dikira Allah tidak tahu? apa dikira Allah tidur??
Kalau Anda hanya bikin benci orang-orang di FB, hanya menampakan kemolekan wajah Anda atau yang lain..Mau tahu gimana? Seumur-umur siksa Allah akan terus menemani.

Ayo Tebarkan kebaikan, Beri Contoh Ketaatan, Insya Allah akan dekat dengan Rahmat Allah...
Kalau sudah dekat dengan Rahmat Allah...Apa yang tidak mungkin baginya???

Semoga bermanfaat
Ust, Ackmanz


Mengapa Zina termasuk Fahsyâ’ (Keji), bukan ‘Mungkar’

September 27, 2012 at 10:48 am | Akhlak, Akidah, Hikmah, Kapita Selekta 
Posted by Muhsin Hariyanto 


Jumat siang saat saya melaksanakan shalat Jum’at, khatib menyampaikan khutbah mengenai zina. Ada pernyataan beliau yang menarik: “Mengapa Allah dan Rasulullah s.a.w. menyebutkan zina sebagai fahsyâ’ (keji) bukan mungkar”. Tentu kita sudah sering mendengar kedua kata-kata ini.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, aaitu Alkitab (al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-‘Ankabût, 29: 45)
Kemudian ayat al-Quran yang melarang mendekati zina
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina, seseungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek.” (QS. al-Isrâ’, 17: 23)
Para ulama sepakat bahwa mungkar adalah segala perbuatan yang ‘di luar’ dari ketentuan agama Allah, bukankah zina juga termasuk di dalamnya? Pada ayat yang pertama secara jelas terlihat bahwa Allah memisahkan antara keji dan mungkar. Lalu pada ayat yang kedua Allah memasukkan zina pada pengertian perbuatan yang keji. Mengapa demikian? Saya akan sampaikan apa yang saya dengar dari khatib mengenai ini. Khatib menyampaikan bahwa Allah ingin menyampaikan pada umat-Nya bahwa pada suatu masa zina ini akan dianggap biasa.
Kita tidak bisa memungkiri ini benar-benar terjadi. Saat ini mungkin akan begitu hina jika kita mendengar kata zina, namun ada kata-kata lain yang lebih ‘halus’ seperti ML, having seks, selingkuh, ‘nyeleweng’ dan lain-lain. Bukankah kata-kata tersebut terdengar lumrah? Ketika orang membunuh atau mencuri akan sangat besar kemungkinan mereka segera bertaubat, namun tidak demikian dengan zina, mengapa demikian?
Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan hal ini.
Yang pertama, proses terjadinya zina memang memang sebuah kenikmatan yang besar. Sehingga menimbulkan ‘adiksi’ (efek-ketagihan) pada pelakunya dan rasa keingintahuan yang membuatnya sulit untuk berhenti. Selalu muncul fantasi-fantasi baru tentang kegiatan itu. Hal ini yang membuat orang susah berhenti. Setiap dosa akan menimbulkan sebuah titik- hitam (nuktah saudâ’) di hati, jika dosa ini terus menerus dilakukan maka hati akan benar-benar hitam dan tertutup untuk menerima kebaikan.
Yang kedua, tentu saja bujukan dari musuh yang paling nyata dari manusia, yaitu‘setan’. Ini merupakan faktor yang mendukung manusia terjerumus dalam jurang dosa. Setan membuat hal-hal yang berbau dosa menjadi indah di mata manusia. Membisikan pembenaran-pembenaran tentang perbuatan dosa tersebut.
Kedua hal di atas membuat manusia yang pernah berbuat zina akan begitu erat terjerat sehingga sulit untuk dikembalikan ke jalan yang benar. Hukuman zina bagi orang menikah atau pernah menikah adalah ‘rajam’ sampai mati. Berlebihankah? “Saya yakin, karena rajam adalah bagian dari kreasi Allah, maka jawabannya: “tidak”!”. Ada dua kelebihan dari pezina, yang sangat berbahaya. Mereka memiliki pesona yang dapat menggoda orang lain dan mereka memiliki bujuk rayu yang akan mengajak orang menjadi penzina seperti dirinya. Menjerumuskan orang lain? Tentu saja perilaku yang demikian berbahaya bagi lingkungannya. Maka hukum ‘rajam’ tidaklah berlebihan. Sedangkan untuk yang belum pernah menikah Allah memberikan kesempatan untuk kembali ke masyarakat setelah hukuman 100 kali cambuk yang menyakitkan diberlakukan kepadanya.
Hukuman-hukuman seperti ini tidak diterapkan di tanah air kita tercinta ini. Maka zina di negeri kita tercinta, bukanlah perbuatan yang benar-benar dihindari. Bayangkan, jika hukuman semacam ini benar-benar dilaksanakan maka orang akan berpikir berkali-kali untuk berzina, sebab ‘nyawa’ merupakan taruhannya. Kita harus merenungi lebih jauh mengapa hal yang demikian hina menjadi hal yang ‘lumrah’ (wajar) pada bangsa kita. Mengapa kita tidak takut melakukan dosa yang bagitu besar yang bahkan Allah melarang kita untuk mendekatinya (lihat QS al-Isrâ’, 17: 23). Zina adalah dosa paling besar nomor tiga menurut Rasulullah s.a.w., setelah syirik dan membunuh anak sendiri. Zina adalah dosa besar yang paling banyak menjerumuskan orang ke dalam neraka. Nah, perbuatan yang ‘satu’ ini di negeri kita tercinta sudah dianggap ‘lumrah’ (wajar), selumrah orang melakukan ‘korupsi’.
Quo Vadis negeriku tercinta?
Hal-hal yang menjerumuskan manusia ke dalam zina adalah hal-hal yang mendekati kepadanya. Hal-hal tersebut (yang pertama) adalah ‘memandang aurat wanita’, Allah telah memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menjaga pandangan dan kemaluannya, serta memerintahkan wanita untuk menutup auratnya  (QS an-Nûr, 24: 30-31).  Faktanya bahwa perempuan yang mengumbar auratnya adalah hal yang biasa terlihat. Kemudian hal yang  kedua adalah ‘pendengaran’,
يَا نِسَاء النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاء إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوفًا
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk [Yang dimaksud dengan tunduk di sini ialah: berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya [Yang dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina] dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS al-Ahzâb, 33: 32)
Kemudian hal yang ketiga adalah Ikhtilâth atau pergaulan/perbauran bebas antara laki-laki dan perempuan. Yang keempat adalah Khalwat (berduaan) dengan perempuan yang buka mahram. Tentu kita sudah sering mendengar jika berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrim maka yang ketiganya adalah setan. Pada kenyataannya umat muslim sekarang justeru mencari-cari kesempatan untuk berduaan saja dengan pasangannya (baca: pacar). Khalwatmerupakan pemicu yang paling berbahaya daripada sebab yang lainnya, sebab dengan khalwat ketiga sebab lainnya pasti akan terikutkan. Maka mengapa kita masih menganggap berduaan saja,saling berpandangan, berpegangan tangan, berpelukan dan lain-lain sebagai hal yang wajar. Hal-hal tersebut atas nama‘cinta’-lah setan dibuat menjadi begitu indah dimata kita, tanpa kita sadari menjerumuskan kita pada dosa yang sangat besar yang bernama ‘Zina’.
Maka saatnya kita sadar dan menjauhi itu semua. Apakah ada yang lebih penting daripada mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah? Apakah perkataan dan pandangan orang lebih penting dari apa yang dipandang oleh Allah? Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan terasing dan akan kembali dalam keadaan terasing, berbahagialah menjadi orang yang terasing.
Saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar. Sesungguhnya kebenaran hanya  milik Allah ‘Azza wa Jalla.
(Dikutip dan diselaraskan dari http://triadinug89.wordpress.com/2010/06/11/mengapa-zina-termasuk-fahsya-bukan-mungkar/)
Moga Bermanfaat buat kita semua,

Bacaan Doa Sujud Tilawah dan Sujud Sahwi

Oktober 7, 2011 at 5:59 am | Akhlak, Fikih, Fikih Kontemporer, Wawasan as-Sunnah   
Posted by Muhsin Hariyanto 
 Ada dua hadis yang menjelaskannya, dan menjadi sangat populerdi masyarakat kita, padahal keduanya adalah hadis dha’if (lemah).
Pertama, hadis yang berasal dari ‘Aisyah r.a.:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِيْ سُجُوْدِ الْقُرْآنِ بِالْلَيْلِ سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَشَقَّ سَمْعُهُ وَبََصَرُهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ
Adalah Nabi s.a.w. beliau membaca dari sujud al-Quran (sujud tilawah.) pada malam hari: “telah sujud wajahku kepada Yang Menciptakanku, maka beratlah pendengaran dan penglihatan karena kemampuan dan kekuatan-Nya”. (Dan dalam riwayat al-Hakim ada tambahan: “maka Maha Berkah Allah sebaik-baik pencipta”. Dan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah: “beliau mengucapkannya tiga kali“).
Hadis ini diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawayh dalam Musnadnya 3/965 no. 1679, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 1/380 no. 4372, Ahmad bin Hanbal dalamMusnadnya 6/30, at-Tirmidziy dalam Sunannya 2/474 no. 580 dan 5/456 no. 3425, an-Nasa’i dalam Sunannya 2/222 no. 1129 dan dalam as-Sunan al-Kubrâ1/239 no. 714, Abu Ahmad al-Hakim dalam Syi’ar Ashhâbul Hadîts no. 82, 83, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/382, al-Hakim dalam al-Mustadraknya 1/341-342, Ad-Daraquthniy dalam Sunannya 1/406, Al-Baihaqiy dalam Sunannya 2/325, Abu Syaikh al-Ashbahaniy dalam ath-Thabaqât 3/513 dan Ath-Thabarany dalam al-Ausath 4/9 no. 4376.
Semua meriwayatkan hadis ini dari jalan Khalid bin Mihran al-Hadzdza` dari Abul ’Aliyah dari ’Aisyah.
Cacat yang menyebabkan hadis ini lemah adalah Khalid bin Mihran tidak mendengar dari Abul ’Aliyah. Imam Ahmad menyatakan: “Khalid tidak mendengar dari Abul ‘Aliyah“. Baca: Tahdzîb at-Tahdzîb karya Ibnu Hajar al-Atsqalaniy dan Jâmi’ at-Tahshîl karya al- ‘Ala`i.
Dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya menegaskan bahwa sebenarnya antara Khalid dan Abul ’Aliyah ada perantara yaitu seorang râwiy (periwayat) mubham(seorang lelaki yang tidak disebut namanya).
Apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Khuzaimah ini memang benar karena Khalid bin Mihran, dari seluruh referensi yang disebutkan di atas, ia meriwayatkan dari Abul ’Aliyah dengan lafazh ”’an” (dari) sehingga riwayat Khalid ini dianggap terputus dari Abul ’Aliyah apabila telah terbukti ada riwayat lain menyebutkan ada perantara antara Khalid dengan Abul ’Aliyah.
Dan ternyata ada riwayat dari jalan Isma’il bin ’Ulayyah dari Khalid bin Mihran dari seorang lelaki dari Abul ’Aliyah dari ’Aisyah r.a..
Riwayat Isma’il bin ’Ulayyah ini dikeluarkan oleh Ahmad bin Hanbal dalamMusnadnya 6/217, Abu Daud dalam Sunannya 2/60 no.1414, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/283 dan Al-Baihaqiy dalam as-Sunan al-Kubrâ 1/325 dan as-Sunan as-Sughrâ 1/509.
Maka bisa disimpulkan bahwa hadis ’Aisyah r.a. ini adalah hadis yang dha’if(lemah) karena Khalid tidak mendengar dari Abul ’Aliyah dan perantara antara keduanya adalah seorang râwi mubham. Karena itulah hadis ini disebutkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadiy Al-Wadi’iy –- rahimahullâh — dalam Ahâdîts Mu’allal Zhâhiruhâ ash-Shihhah (Hadis-hadis yang Cacat yang Zhahirnya [tampak] Shahih), hadis no. 395.
Kedua: Hadis Ibnu ‘Abbas r.a.
قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَجَدَةً ثُمَّ سَجَدَ فَسَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِيْ بِهَا عِنْدَكَ أَجَرًا وَضَعْ عَنِّيْ بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَا لِيْ عِنْدَكَ ذَخَرًا وَتَقَبَّلْهَا مِنِّيْ كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ
Nabi s.a.w.  membaca satu ayat dari ayat-ayat sajadah lalu beliau sujud kemudian beliau membaca doa: “Ya Allah tulislah untukku dengannya disisiMu sebagai pahala dan letakkanlah dariku dengannya dosa dan jadikanlah untukku disisiMu sebagai modal dan terimalah dariku sebagaimana Engkau menerima dari hambaMu (Nabi) Daud“.
Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidziy dalam Sunannya 2/472 no. 549 dan 5/455-456 no. 3424, Ibnu Majah dalam Sunannya 1/334 no. 1053, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 1/282-283 no. 572-573, Ibnu Hibban dalam Shahihnya sebagaimana dalam al-Ihsân 6/473 no. 2568 dan al-Mawarid no. 691, al-Hakim dalam Mustadraknya 1/341, al-Baihaqiy dalam Sunannya 2/320, Abu Ahmad al-Hakim dalam Syi’ar Ashhâbul Hadîts no. 84, ath-Thabaraniy dalam Sunannya 11/104 no. 11262, Al-‘Uqaily dalam adh-Dhu’afâ` 1/242-243, al-Khaliliy dalam al-Irsyâd 1/353-354 dan al-Mizziy dalam Tahdzîb al-Kamâl 6/314.
Semuanya meriwayatkan dari jalan Muhammad bin Yazid bin Hunais dari Hasan bin Muhammad bin ’Ubaidillah bin Abi Yazid berkata kepadaku Ibnu Juraij: “Wahai Hasan, kakekmu ’Ubaidillah bin Abi Yazid mengabarkan kepadaku dari Ibnu’Abbas”.
Dalam hadis ini ada dua cacat:
  1. Mengenai Muhammad bin Yazid bin Hunais,  Abu Hatim berkomentar tentang dirinya: Dia “Syaikhun Shâlihun (seorang syaikh yang shaleh)”. Sedang Ibnu Hibban menyebutkannya dalam ats-Tsiqât, maka rawi seperti ini tidak dipakai berhujjah kalau bersendirian, karena itu Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-Atsqalaniy) menyimpulkan dari Taqrîb at-Tahdzîb: Dia “Maqbûl – Muhammad bin Yazid bin Hunais — (diterima hadisnya kalau ada pendukungnya, kalau tidak ada pendukungnya ia adalah layyinul hadîs(lemah hadisnya)”.
  2. Mengenai Hasan bin Muhammad bin ’Ubaidillah,  Adz-Dzahabiy berkomentar tentang dirinya: “Berkatalah al-‘Uqaily : “lâ yutaba’u ’alaihi (ia tidak mempunyai pendukung)” dan berkatalah yang lainnya: “pada dirinya (Hasan bin Muhammad bin ’Ubaidillah) ada Jahâlah (tidak dikenal)”. Maka râwi (periwayat) ini juga tidak dipakai berhujjah kalau bersendirian. Apalagi Imam at-Tirmidziy menganggap bahwa hadis ini adalah hadis ghorib. Dan istilah hadis gharib menurut Imam at-Tirmidziy adalah hadis lemah.
Kesimpulan:
Tidak ada hadis yang shahih tentang doa sujud tilawah, maka kalau seseorang membaca ayat dari ayat-ayat sajadah dalam shalat kemudian ia sujud maka ia membaca doa seperti yang ia baca dalam sujud shalat. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad sebagaimana yang tertulis dalam kitab al-Mughniy 2/362 dan Masâil Imam Ahmad riwayat Ibnu Haniy 1/98.
Adapun kalau sujud tilawahnya di luar shalat maka tidak ada syariat membaca doa apapun.
Adapun doa sujud sahwi, kami tidak mengetahui ada doa yang khusus pada sujud sahwi tersebut, mungkin karena itu Imam Ibnu Qudamah berkata bahwa yang dibaca dalam sujud sahwi adalah sama dengan apa yang dibaca pada sujud shalat.
(Dikutip dan diselaraskan dari kitab al-Mughny 2/432-433, Abu Muhammad Dzulqarnain, dari:  http://an-nashihah.com/judul: Bacaan Doa Sujud Tilawah dan Sujud Sahwi)
Mga Bermanfaat buat semuanya..

Bulan Sya'ban

KESIBUKAN  umat islam mengerjakan amal ibadah dalam sepanjang bulan Rejab, seharusnya diteruskan dengan amal ibadah dalam bulan sya'ban. Ini disebabkan bulan Sya'ban juga penuh dengan keberkatan dan kebaikan, termasuk fadhilah dan kelebihannya.

Ini menepati maksud sebuah Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Anas bin Malik r.a., sabda Baginda bermaksud : ''Rejab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku (Rasulullah), dan Ramadhan adalah bulan umatku.

FADHILAT DAN KELEBIHAN SYA'BAN
    Terdapat banyak hadis Rasulullah SAW, mengenai fadhilat dan kelebihan bulan Sya'ban bagi mereka yang berusaha memanfaatkannya dengan mengerjakan berbagai amal ibadah. Perhatikan sebahagian daripada hadis2 baginda:

1. Sayidatina Aisyah r.a. menyatakan: tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa lebih banyak
    melainkan dalam bulan Sya'ban(selain bulan Ramadhan), sesungguhnya baginda SAW
    telah berpuasa sebulan penuh.(hadis riwayat bukhari dan muslim)

2. Usman bin Zaid, menceritakan: ''Saya telah bertanya kepada Rasulullah SAW, wahai
    Rasulullah, saya tidak pernah menyaksikan banyaknya puasa tuan pada lain lain bulan
    seperti di bulan Sya'ban: lalu baginda menjawab: ''Itulah bulan (Sya'ban) dimana ramai
    manusia lalu mengenainya yaitu diantara bulan Rejab dan Ramadhan ini adalah bulan
    dimana segala amalan diangkat kepada Tuhan pemilik sekalian alam. Oleh itu
    saya(baginda) amat suka kiranya amalan saya diangkat ketika saya berpuasa
    (hadis riwayat Imam Ahmad dan An-Nasa'i)

Oleh karena itu orang islam mengharapkan agar amalan ibadah masing2 yang diangkatkan ke hadirat Allah SWT pada bulan Sya'ban itu ditrima, maka sewajarnyalah kita memperbanyak lagi amal ibadah dengan penuh tawadhu', ikhlas, taqwa kepada-Nya, Jika Allah STW dapat menerima amal salih kita, maka sesungguhnya Allah STW akan menaikkan derajat kita dalam kehidupan dunia dan akherat

3. Sayidina Aisyah r.a.Rasulullah SAW telah bersabda:
''Innallaah hatabaaraka wata'ala, yanzilu lailatannishfii, min'sya'banni, ilassamaa iddun ya,  faya' firru liaqhtsaraa, min 'adadi, sya'rii, ghonami banii kalbi.
(Sesungguhnya Allah Ta'ala turun pada malam pertengahan (nisfu)Sya'ban ke langit dunia dan mengampuni dosa dosa orang yang lebih banyak dari bilangan bulu bulu kambing Bani Kalb) (hadis riwayat At-Tirmizi dan Ibnu Majah)

4.Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

*Sya'ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Sya'ban mengkafarahkan(menghapuskan) dosa dan Ramadhan menyucikan dosa (jasmani dan rohani)

*Dinamakan Sya'ban karena bulan tersebut terdapat amat banyak  kebajikan;dan puasa yang lebih afdhal adlah puasa dalan bulan Sya'ban''

*Kelebihan Rejab atas bulan bulan lain seperti kelebihan Al-Qur'an atas qalam. Kelebihan Sya'ban atas bulan2 lain seperti kelebihan atas sekalian nabi nabi. Kelebihan Ramadhan atas bulan bulan lain seperti kelebihan Allah  atas sekalian makhluk-Nya

*Apabila tiba malam nisfu Sya'ban, maka pada malam tersebut berjagalah kamu dengan mendirikan sholat, beribadah dan berpuasa pada siangnya. Allah SWT berfirman: Sesiapa yang meminta ampun maka Aku mengampunkannya, mereka yang ditimpa bala bencana aku lepaskanny, mereka yang meminta rezeki aku berika rezekinya.

*Bahwa Allah SWT memerhatikan hamba2-Nya pada malam nisfu Sya'ban, mka diampunkan dosa sekalian makhluk-Nya  kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang tidak mau bercakap sesama saudaranya(sesama orang islam)

5. Diriwayatkan daripada Ka'abul -Akhbar bahwa Allah SWT telah mengutus malaikan Jibril pada malam nisfu' (pertengahan)Sya'ban ke syurga. Allah SWT memerintahkan supaya syurga dihiasi dengan seindah2nya. Malaikat Jibril berkata kepada syurga, sesungguhnya Allah SWT telah memedekakan ahli neraka pada malam ini sebanyak bilangan bintang bintang di langit. sebanyak jumlah hari dunia dan malamnya. sebanyak daun daun pohon, seberat gunung gunung dan sebanyak banyak pasir.

6.Khalifah Umar Abdul Aziz telah memberitahu wakilnya di basra:'' Hendaknya kamu perhatikan empat malam dalam satu tahun, karena sesungguhnya Allah SWT membukakan pintu rahmat-Nya dengan seluas luasnya yaitu malam pertama bulan Rejab, malam nisfu' Sya'ban, malam 'Aidil-Fitri, dan malam 'Aidil-Adha




Menghadapi Sakaratul Maut

Sakaratul maut ialah suasana atau keadaan ketika hampir kematian.
Setiap kita akan menghadapinya pada suatu masa nanti. 
Sakaratul maut adalah suatu keadaan yang sangat sukar dan menyakitkan.


Nabi yang mulia pun merasa sangat sakit ketika menempuh sakaratul maut. 
Daripada Aisyah Radhiallahu anha berkata: "Aku melihat Rasulullah saw. sedang menghadapi sakaratul-maut dan di sisinya ada sebuah mangkuk berisi air, kemudian beliau memasukkan tangannya kedalam air sambil berdoa : "Ya Allah! berikanlah pertolongan kepadaku untuk menghadapi kepedihan mati dan sakaratul-maut". (Riwayat Tirmizi)


 Mari amalkan doa ini, moga Allah memberi pertolongan dan kemudahan kepada kita pada masa menempuhi sakaratul maut nanti. 

“Allah humma haw win ‘alai na fii sakara til maut”.
(Ya Allah, permudahkanlah kami menghadapi sakaratul maut).

Jangan lupa meminta ampun kepada Allah di saat menhadapi sakaratul maut kerana pintu taubat masih terbuka selagi roh belum sampai ke halkom. Jika tidak dapat disebut dengan mulut, ucapkan di dalam hati, “Astagh firullah” atau “Ya Allah ampunkan dosa-dosa aku”.

Di ketika ini kalimah yang perlu sering dilafazkan ialah “LA ILA HA ILLALLAH”.

Diharapkan ada ahli keluarga yang akan mengingatkan dan mengajarkan kita untuk menyebut “LA ILA HA ILLALLAH” di saat genting sakaratul maut nanti.

Nabi saw. bersabda, “Sesiapa yang akhir ucapannya: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّه “Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah”, dia akan dapat masuk syurga”. [HR Abu Daud 3/190. Lihat: Sahih Al-Jami' 5/432].


Ibnu Arabi, seorang ulama tasawuf dan ahli tafsir, waktu sedang sakaratul maut, anaknya telah mentalkinkan “LA ILA HA ILLALLAH”, beliau sebaliknya menjawab, " Tidak!!! Tidak!!! Tidak!!! " Kejadian itu sangatlah mengejutkan anaknya. Setelah agak lega sedikit, dia meminta air, lalu dihulurkan oleh anaknya. Anaknya bertanya, " Mengapa bapa menafikan kalimah syahadah? " Beliau menjawab, " Oh, tidak anakku, aku tidak mendengarnya melainkan suara syaitan yang mengajak aku megikut agama Nasrani dan Yahudi! "

Pada saat sukar ini juga, iblis pula akan datang berusaha buat kali terakhir untuk menyesatkan kita. 

Jika kita terpedaya dengan pujuk rayu iblis ketika sakaratul maut maka amatlah rugi kerana mendapat kesudahan yang buruk (Su ul hotimah).

Jika kita berjaya mengatasi tipu helah iblis ketika itu maka dapatlah kita kesudahan yang baik (Husnul hotimah).

Mari amalkan doa ini, moga Allah menolong kita untuk berjaya mendapat Husnul hotimah.

“Robbana la tu ziq qulu bana bak da iz hadai tana wahab lana mil ladunka rahmah innaka antal wahab”
(Ya Allah, ya Tuhan kami, janganlah kiranya Engkau pesongkan iman kami sesudah Engkau kurniakan kepada kami petunjuk. Anugerahilah kami rahmat kerana sesungguhnya Engkau Maha Pengurnia.)

“Allah humma tim lana bi husnil hotimah, Wala tah tim ‘lai na bi su il hotimah”
(Ya Allah, dapatkanlah kami kesudahan yang baik dan jauhilah kami dari kesudahan yang buruk)

Hanya kepada Allah kita berserah diri..

Moga bermanfaat buat kita semua,,Amin..
sumber


Ketahuilah, Maksiat Dapat Mengurangi Umur

Betulkah maksiat dapat mengurangi umur? Lalu apa hakikat kehidupan yang sebenarnya?

Betapa banyak orang yang bergelimang dalam maksiat. Ingin dagangannya laris, dia rela mengadu pada dukun atau m
elakukan pesugihan-pesugihan di tempat keramat. Atau ada juga yang menggantung jimat-jimat tertentu yang tidak jelas maksudnya, kadang berupa huruf hijaiyah yang tidak jelas apa maksud tulisan tersebut. Inilah manusia, hanya ingin meraih keuntungan dunia dan rela mengorbankan agamanya dengan berbuat syirik pada Allah. Ada pula yang ingin meraih keuntungan dalam usahanya dengan rela makan dari hasil riba, atau undian berhadiah yang maksudnya adalah judi, atau bentuk maksiat lainnya. Begitu pula tidak bosan-bosannya para pemuda berdua-duan (alias kholwat) yang ingin memadu kasih tanpa ada status nikah sama sekali. Itulah manusia tidak bosan-bosannya berbuat maksiat dan dosa. Padahal dosa dan maksiat memiliki dampak yang sangat besar sekali, di antaranya adalah pada umur. Berikut penjelasan dari Ibnul Qoyyim. Semoga bermanfaat.

Ketahuilah bahwa maksiat dapat mengurangi umur dan pasti dapat pula mengurangi keberkahannya, sebagaimana pula amalan kebaikan dapat menambah umur. Itulah perbuatan dosa dapat mengurangi umur.

Perlu diketahui bahwa para ulama sebenarnya berselisih pendapat dalam masalah ini. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan berkurangnya umur adalah hilangnya keberkahan umur. Ini memang benar dan inilah di antara dampak berbuat maksiat.

Ulama lainnya mengatakan bahwa berkurangnya umur adalah berkurangnya umur secara hakiki artinya umurnya betul-betul berkurang, sebagaimana rizki juga bisa berkurang.
Allah Ta’ala telah menjadikan berkah pada rizki karena berbagai sebab yang bisa menambah rizki tadi. Begitu pula keberkahan umur datang karena berbagai sebab yang bisa menambah keberkahan umur.

Para ulama mengatakan bahwa bertambah umur itu pasti terjadi karena sebab, begitu pula berkurangnya umur. Begitu pula rizki, ajal, kebahagiaan, kesengsaraan, sehat, sakit, kaya, miskin, walaupun itu semua terjadi dengan ketetapan Allah, tetapi pasti ketetapan Allah ini juga terjadi dengan adanya sebab.

Hakekat Kehidupan adalah Hidupnya Hati

Para ulama lain mengatakan bahwa dampak maksiat dapat menghilangkan keberkahan umur karena hakekat kehidupan adalah hidupnya hati. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyebut orang kafir dengan sebutan mayit karena memang mereka adalah orang yang mati hatinya. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah (yang artinya), “Mereka (orang kafir) bukanlah orang yang hidup.” (QS. An Nahl: 21)

Jadi ingatlah bahwa kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati. Dan ingatlah bahwa umur manusia adalah lama hidupnya. Namun, umur yang hakiki adalah waktu yang dia digunakan dalam ketaatan kepada Allah.

Waktu yang digunakan dalam ketaatan inilah umur sebenarnya. Oleh karena itu, kebaikan dan ketaatan akan menambah umurnya yang sebenarnya dan selain itu tidaklah menambah umurnya.

Oleh karena itu, jika seorang hamba berpaling dari Allah dan gemar melakukan maksiat, maka dia berarti telah menyia-nyiakan hakikat umur yang sebenarnya.

Jadi inti permasalahan ini semua: umur seseorang adalah lama kehidupannya. Dan tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali dengan mentaati Allah, nikmat dalam mencintai dan berdzikir pada-Nya, dan selalu mengutamakan untuk mencari ridho-Nya.

Inilah faedah dari Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ad Daa’ wad Dawa’ (Al Jawabul Kafi liman Sa’ala ‘aniddawa’i Asy Syafiy), hal. 65-66, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

Semoga Allah memberikan kehidupan yang hakiki bagi kita semua dengan selalu mentaati-Nya.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikla

Sumber : rumaysho.com

CATATAN UNTUK PARA UKHTY

Usah hiraukan jika ada seseorang berkata bahwa : Wanita adalah Racun Dunia.

Yakinlah bahwa Ukhty adalah salah satu Perhiasan Terindah di Dunia.

Ukhti, Usah hiraukan jika ada seseorang berkata : Jilbabmu Hanyalah Hiasan Belaka,

Yakinlah bahwa Jilbabmu itu adalah lambang ketakwaan dan kesucianmu yang senantiasa Ukhti jaga.

Usah hiraukan jika ada seseorang berkata : Ah Sok Alim Lu!
Yakinlah bahwa dengan ucapannya justru akan semakin mempertebal keimanan dan ketakwaanmu.

Usah hiraukan jika ada seseorang berkata : Sekarang Sudah Tak Ada Wanita Baik-Baik,

Buktikanlah bahwa Ukhti bukanlah seperti yang dia katakan.

Usah hiraukan jika ada seseorang berkata : Sok Sopan Lu!
Yakinkan dalam hati bahwa kecantikan lisan dan budi pekerti yang Ukhty tunjukkan adalah hal yang tak ternilai harganya.

Usah hiraukan jika ada seseorang berkata : Ah jangan mimpi jadi Mulia Lu!

Yakinlah bahwa dia sedang lupa sosok seorang yang paling Mulia di rumahnya. Yaitu Ibunya.

Sebaliknya, Doakan dia yang telah berkata demikian.
Agar supaya dia cepat menyadari akan segala khilafnya.
Agar supaya Allah memberi hidayah dan segera membukakan mata hatinya.

Dan, Berusahalah untuk tidak membencinya.
Tapi memaafkannya. Sesungguhnya dia tidak tahu dan tidak menyadari apa yang telah dia ucapkan.

Selamat berjuang Ukhty untuk menjadi Wanita Shalehah.

Sakit Adalah Anugerah

Untuk kita renungan kajian saya kali ini, silakan di baca 

Suatu sore, seorang pria berdiri termenung didepan klinik. Dalam pikirannya masih terngiang ucapan seorang dokter beberapa saat itu. Sang dokter mengatakan, dalam tubuhnya terdapat bakteri yang dapat berkembang jika tidak diobati. Ia perlu disembuhkan dalam waktu cukup lama.
Itu pun, kata dokter, bila ia rajin minum obat dan bergaya hidup sehat. Jika tidak bakteri itu akan bersemanyam dan berkembang dalam tubuhnya. Ia merasa lelah, kalah, dan tak bersemangat. Ia telah jatuh sakit untuk kedua kalinya. Seketika itu pula, ia seperti kehilangan langkah. Ia telah ceroboh dan tidak bertanggung jawab pada tubuhnya. Ia menyesal tapi itu tak berarti.

Hingga suatu hari, ia bertemu dengan teman dan berkata,''Kamu harus berterima kasih pada penyakit. Sebab, kamu bisa hidup lebih bermakna lagi.'' Kontan aja pernyataan itu ia bantah. Bagaimana mungkin, pikirnya, sebuah penyakit bisa memberi makna lebih bagi dirinya, justru denga penyakit itu banyak kerugian ia peroleh. Ia tak leluasa bergerak, perlu kontrol ke dokter secara rutin dan membeli obat hingga ratusan ribu rupiah yiap bulannya.

Sang teman kemudian mengutip sebuah ayat al-Qur'an surat al-Baqarah: 286,''Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya'' Yang artinya ''setiap cobaan tentu akan disesuaikan dengan batas kemampuan hamba-Nya. Sebab, Allah memiliki kasih sayang yang tak terbatas kepada semua hamba-Nya.
Lantas kata temannya lagi, ''kenapa kamu harus merasa terjatuh dan terkalahkan oleh penyakit? Justru banyak manfaat dan hikmah yang bisa kamu peroleh dari penyakit.'' 

Sebenarnya masih banyak lagi kisah kenikmatan di balik sakit. Bila di beberkan satu persatu mungkin nikmat itu akan sulit dihitung, Untuk itu marilah kita rubah hidup kita dengan: menghargai waktu dan kita gunakan sebaik2nya karena waktu tidak akan kembali, makan yang teratur gak harus makanan yang enak, yang terpenting mengandung vitamin2 yang dibutuhkan dalam tubuh kita, tidak begadang, bisa mengontrol emosi, positif thinking.
Kita mesti ingat kata Allah,''manusia tidak akan sanggup menghitung kenikmatan yang diberikan-Nya(QS- Ibrahim: 34)

Makasih buat yang sudah berkunjung di blog saya,dan semoga bermanfaat buat kita semua. Amin